REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan ekonomi Iran akan terus menderita sampai sanksi internasional dicabut dan negara ini mampu secara signifikan meningkatkan ekspor minyaknya.
"Penurunan tajam harga minyak dunia, neraca keuangan perusahaan dan bank yang ketat, serta penundaan konsumsi dan keputusan investasi menjelang pencabutan sanksi ekonomi, telah secara signifikan memperlambat aktivitas ekonomi sejak kuartal keempat 2014," kata IMF dalam ulasan tahunannya, Senin (21/12).
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi riil Iran diperkirakan mendekati nol (-0,5 persen hingga 0,5 p ersen) untuk 2015-16. Inflasi diperkirakan akan tetap dekat 14 persen hingga akhir tahun. "Prospek untuk 2016/17 lebih cerah, karena pencabutan sanksi ekonomi. Produksi minyak yang lebih tinggi, biaya lebih rendah untuk transaksi perdagangan dan keuangan, serta dikembalikannya akses ke aset-aset di luar negeri, diperkirakan akan mengangkat PDB riil ke sekitar 4,0-5,5 persen tahun depan," kata IMF.
IMF mendesak Iran untuk melakukan kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati sebagai cara untuk menjaga inflasi di bawah 10 persen. IMF juga memuji pengumuman oleh pemerintah Iran bahwa pihaknya akan menyatukan pasar valuta asing dan menghapus pembatasan valuta asing serta beberapa praktek mata uang.