REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik pada Selasa (15/12) karena investor berhati-hati menunggu keputusan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve yang diperkirakan akan naik untuk pertama kalinya sejak 2006.
Harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik untuk hari kedua, bertambah 1,04 dolar AS atau 2,9 persen, menjadi 37,35 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di perdagangan London, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, patokan global untuk minyak, ditutup pada 38,45 dolar AS per barel, naik 53 sen (1,4 persen) dari penutupan hari sebelumnya.
Harga-harga mulai berbalik naik di New York pada Senin lalu, setelah harga WTI sempat jatuh di bawah 35 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Februari 2009, selama krisis keuangan global. Harga minyak telah jatuh selama enam sesi berturut-turut karena pasar menghadapi kelebihan pasokan global yang telah berlangsung lama dan tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan hingga tahun depan.
Matt Smitt dari ClipperData menyatakan Menteri Perminyakan Nigeria Emmanuel Kachikwu telah menyerukan pertemuan darurat OPEC jika harga tetap pada tingkat rendah sampai Februari. Penurunan harga minyak diperburuk oleh keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 4 Desember yang menghapus batas produksi, karena 13 negara kartel menolak memangkas kembali produksi mereka untuk menahan kemerosotan harga.
Harga minyak jatuh lebih dari 60 persen sejak Juni tahun lalu, karena melemahnya permintaan global dan pelambatan di pasar utama termasuk Cina.
Mike Dragosits dari TD Securities mengatakan investor akan terfokus pada bagaimana The Fed menjelaskan kenaikan suku bunganya. "Apakah mereka akan menaikkan suku bunga, mungkin bukan isu yang tepat sekarang ... itu lebih dalam komunikasi, apakah mereka akan mengindikasikan sedikit lebih positif tentang ekonomi AS, yang bisa meyakinkan investor tentang permintaan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu," ungkapnya.