Selasa 15 Dec 2015 19:17 WIB

Kapan Kurs Rupiah Bisa Kembali Menguat?

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
 Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat setelah ada keputusan rapat FOMC Bank Sentral AS pada 15-16 Desember 2015. Menjelang rapat FOMC, kurs rupiah melemah mencapai Rp 14 ribu per dolar AS.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi tiga faktor. Pertama, rapat FOMC Bank Sentral AS yang menyebabkan banyak negara berkembang melemah.

Kedua, harga komoditas yang masih cenderung turun, terutama harga minyak yang bergerak di kisaran 34-35 dolar AS per barel. Ketiga, perekonomian Cina yang masih melambat, yang diperkirakan akan berlanjut sampai 2016.

"Khawatirnya, Cina akan kembali melakukan devaluasi yuan, pengaruhnya negatif ke rupiah," jelasnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (15/12).

Menurutnya, sampai akhir tahun posisi rupiah tidak akan jauh berbeda dengan saat ini, dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga the Fed. Rupiah diproyeksikan akan bisa di bawah Rp 14 ribu per dolar AS pada akhir tahun. Kemudian, pada 2016, fair value rupiah akan berada di kisaran Rp 13.400 - Rp 14.200 per dolar AS. Dia juga memperkirakan, kenaikan suku bunga the Fed tidak akan agresif.

"Kalau suku bunga AS sudah naik, rupiah bisa lebih stabil dan menguat, kalau pernyataan Fed tidak agresif kenaikan suku bunga mereka," ucapnya.

Selain kenaikan suku bunga AS, menurutnya, faktor penguatan rupiah adalah reformasi struktural pemerintah di dalam negeri. Dalam periode pemerintahan saat ini, masih banyak undang-undang yang belum keluar, seperti tax amnesty, penyesuaian tarif pajak, properti, dan percepatan infrastruktur. Jika semua undang-undang itu dijalankan, dari tax amnesty akan bisa menambah pajak bisa sekitar Rp 60 triliun - Rp 70 triliun. Namun, jika pernyataan the Fed agresif, diperkirakan rupiah akan melemah.

Menurutnya, Bank Indonesia masih akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meskipun posisi cadangan devisa saat ini 100,2 miliar dolar AS. Jika dilihat dari sisi impor yang masih rendah, rasio Cadev dinilai masih cukup aman. (Baca juga: Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Terancam Terus Melemah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement