Selasa 15 Dec 2015 15:17 WIB

BPS Nilai Lonjakan Impor pada November Bukan Hal Negatif

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nur Aini
  Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, peningkatan nilai impor Indonesia pada November 2015 bukanlah hal negatif. Sebab, impor melonjak karena dipicu meningkatnya impor barang yang berkaitan dengan investasi.

Dari 10 golongan barang, hanya ada lima golongan barang yang nilai impornya naik terhadap Oktober 2015. Tiga diantaranya adalah mesin dan peralatan listrik yang naik 11,71 persen menjadi 1,3 miliar dolar AS, besi dan baja naik 17,64 persen menjadi 0,5 miliar dolar AS. Selain itu, impor barang dari besi dan baja tercatat sebesar 0,31 miliar dolar AS atau meningkat 21,78 persen.

"Barang-barang itu ada hubungannya dengan investasi. Kenaikan impor ini bisa dibilang karena investasi, salah satunya di bidang infrastruktur" kata Suryamin dalam paparannya di kantor BPS, Jakarta, Selasa (15/12).

Jika ditinjau menurut golongan penggunaan barang, bahan baku/penolong menyumbang porsi terbesar meningkatnya impor. Impor bahan baku/penolong tercatat sebesar 8,5 miliar dolar AS atau naik 3,12 persen. Namun, peningkatan tertinggi terjadi pada barang konsumsi yang naik 25,48 persen menjadi 0,97 miliar dolar AS. Sedangkan impor barang modal turun 2,62 persen menjadi 2,01 miliar dolar AS.

Berdasarkan negara, impor nonmigas terbesar pada Januari-November 2015 berasal dari Tiongkok dengan nilai 26,45 miliar dolar AS. Angka itu disusul Jepang 12,24 miliar dolar AS, Singapura 8,17 miliar dolar AS.

Neraca perdagangan Indonesia pada November 2015 mengalami defisit sebesar 346,4 juta dolar AS. Ini merupakan pertama kalinya terjadi defisit sepanjang 2015 setelah sepuluh bulan sebelumnya selalu mengalami surplus. Defisit perdagangan terjadi karena nilai ekspor turun 7,91 persen menjadi 11,16 miliar dolar AS terhadap posisi Oktober 2015.  Sedangkan nilai impor malah meningkat 3,61 persen menjadi 11,51 miliar dolar AS. (Baca juga: Ini Penyebab Ekspor Indonesia Anjlok Lebih dari 17 Persen)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement