REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah pada Selasa (15/12) siang cenderung menguat tipis terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah naik 0,46 persen atau 65,5 poin ke level Rp 14.057 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg.
Sebelumnya, menurut data Bloomberg pada awal pekan ini rupiah sempat ditutup di Rp 14.122,5 per dolar AS. Tak beda jauh, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah ada di level Rp 14.065 per dolar AS, menguat tipis dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.076 per dolar AS.
Analis dari NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan tren pelemahan laju rupiah kembali terjadi seiring sentimen jelang rapat FOMC terkait kenaikan suku bunga the Fed. Pada pekan ini, rapat itu juga bersamaan dengan akan diadakannya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI).
"Kedua sentimen tersebut kurang lebih sama di mana banyak pelaku pasar yang menantikan keputusan akan berubah maupun tidaknya suku bunga dari masing-masing bank sentral," kata Reza di Jakarta, Selasa (15/12).
Menurutnya, ketidakpastian ini membuat pelaku pasar lebih memilih untuk memegang mata uang yang lebih kuat, yaitu dolar AS. Imbasnya dirasakan sejumlah mata uang lainnya seperti euro, yen, yuan, dan poundsterling.
"Dengan melemahnya sejumlah mata uang tersebut membuat rupiah pun turut rentan terkena pelemahan," kata Reza.
Ia menambahkan, cenderung negatifnya sentimen yang ada membuat posisi rupiah diperkirakan terancam melemah. Sebelumnya, Reza pernah menyampaikan jelang rapat FOMC, laju dolar AS semakin menunjukan kenaikan sehingga dapat menjadi penghalang bagi laju rupiah bertahan di zona positifnya.
"Tetap mewaspadai potensi pelemahan yang ada. Laju rupiah di atas target support Rp 14 ribu, yaitu Rp 14.050-14.125 (kurs tengah BI)," ungkap dia.