Senin 14 Dec 2015 19:54 WIB

Pariwisata RI Dinilai Dapat Manfaatkan Jalur Sutra Cina

Red: Nur Aini
Penampilan kesenian tarian khas NTB ditampilkan saat peluncuran Pesona Lombok Sumbawa dan Kalender Pariwisata 2016 di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (14/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Penampilan kesenian tarian khas NTB ditampilkan saat peluncuran Pesona Lombok Sumbawa dan Kalender Pariwisata 2016 di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Menteri Pariwisata Arif Yahya mengatakan industri pariwisata Indonesia dapat memanfaatkan jalur sutra maritim abad 21 yang digagas Cina, untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di waktu mendatang.

"Posisi Indonesia yang sangat strategis diantara dua benua, dua samudera, dan menjadi bagian dari jalur sutra maritim abad 21, sangat menguntungkan bagi Indonesia untuk menjaring wisman sebanyak-banyaknya dari negara-negara yang berada di jalur tersebut," katanya di Hong Kong, Senin (14/12).

Ditemui usai menjadi pembicara dalam forum diskusi tentang pembangunan ASEAN dan kerja samanya dengan Cina, Arif mengatakan pada 2020 sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia, setelah minyak dan gas, serta batu bara. Ia menuturkan, kontribusi sektor pariwisata bagi PDB nasional pada 2014 sebesar 9,3 persen atau sebesar Rp 946,9 miliar dan ditargetkan pada 2019 mencapai 19 persen.

"Jumlah wisman yang kita target pada 2015 sekitar 10 juta dan 20 juta pada 2019. Jalur sutra maritim, memungkinkan kita untuk mendapatkan turis mancanegara sebesar itu atau lebih," kata Arif.

Ia mengatakan saat ini pihaknya sudah mencanangkan wisata bahari dengan membuka destinasi-destinasi bahari mulai dari Sabang hingga Merauke. "Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, dengan keragaman hayati di laut yang sangat banyak, bahkan ada beberapa spesies coral yang hanya dapat ditemui di perairan Indonesia. Ini merupakan potensi wisata maritim yang dapat dioptimalkan," kata Menpar.

Jika ini dapat dimaksimalkan dengan memanfaatkan jalur sutra maritim abad 21 Cina, turut Arif, maka turis yang dapat dijaring tidak saja dari negara-negara ASEAN, tetapi juga negara di sepanjang jalur sutra maritim tersebut.

Khusus untuk makin menjaring pelancong Cina, pihaknya telah meluncurkan wisata pelayaran Laksamana Cheng Ho di Indonesia, mulai dari Aceh, Batam, Palembang, Belitung, Jakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya, dan Bali. Sementara itu pada forum diskusi, Duta Besar RI untuk Cina merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo mengatakan gagasan jalur sutra maritim abad 21 diyakini mampu menjadi jembatan konektivitas antara Asia Pasifik dan kawasan lainnya.

"Tidak sulit bagi ASEAN untuk memainkan peran dan memanfaatkan jalur sutra maritim abad 21 atau 'one belt, one road' tersebut bagi kemakmuran, perdamaian kawasan, mengingat posisi geografis ASEAN yang strategis pada jalur tersebut," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement