Senin 07 Dec 2015 08:49 WIB

Belum Ada Sentimen Positif yang Mampu Angkat IHSG

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Layar menunjukan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Jumat (18/9).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Layar menunjukan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Jumat (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID,‎JAKARTA -- Hingga akhir pekan, laju pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berlanjut dimana pelaku pasar masih banyak yang melakukan aksi jualnya. Hampir mayoritas indeks sektoral mengalami pelemahan, dimana hanya aneka industri dan perdagangan yang masih terpantau menguat.

"Belum adanya sentimen positif dari global dan internal yang signifikan mampu mengangkat IHSG membuat lajunya cenderung tertekan dan tetap berada di zona merahnya," ujar analis riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, Senin (7/12).

Pelemahan seiring respon terhadap laju bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga masih melanjutkan pelemahannya dan tidak adanya stimulus baru dari Bank Sentral Eropa (ECB) dimana hanya memperpanjang waktu pemberian stimulus hingga Maret 2017 dari sebelumnya yang akan berakhir pada September 2016.

Tidak hanya itu, pelemahan juga ditopang maraknya anggapan masalah Freeport akan dapat mengganggu ekonomi Indonesia. "Meski demikian kami tidak melihat sentimen tersebut yang mempengaruhi utama laju IHSG," ujarnya.

Sebelumnya Reza menyampaikan meski terjadi pelemahan namun laju IHSG sedikit tertahan dari pelemahannya. Laju IHSG pun dihadapkan pada pilihan sulit untuk tetap bertahan dari pelemahannya dan potensi kembali melanjutkan pelemahannya.

Sementara dari sisi sentimen, kemungkinan masih akan membuat laju IHSG kembali melemah. Sisa utang gap di level 4346-4381 masih ada namun, diperkirakan laju IHSG belum tentu akan mendekati level utang gap tersebut. Transaksi asing kembali melakukan aksi beli dan didukung dengan terapresiasinya rupiah. Asing kembali masuk (dari net sell Rp 395,32 miliar menjadi net buy Rp 182 miliar).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement