Kamis 03 Dec 2015 23:17 WIB

Santori Dorong Swasembada Sapi

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andi Nur Aminah
 Sapi impor asal Australia.
Sapi impor asal Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- PT Santosa Agrindo (Santori), grup PT Japfa Comfeedi Indonesia Tbk, terus mendorong terciptanya swasembada sapi. Pihaknya sedang membangun bisnis pembiakkan sapi secara integratif di Lampung maupun di Australisa.

"Selain memiliki feedlot dan breeding di Lampung, Santori juga memiliki breeding dalam skala lebih besar di Australia. Tujuannya, untuk memenuhi suplai kebutuhan sapi bakalan dan sapi indukan Indonesia," kata Kepala Breeding PT Santori, Dayan Antoni, usai mengunjungi sapi indukan impor di Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung, Kamis (3/12).

Ia mengatakan untuk mewujudkan swasembada sapi dan daging sapi, pihaknya mengimpor sapi indukan yang berasal dari peternakan di Australia. Integrasi bisnis tersebut, ungkapnya, memberikan kemungkinan kebutuhan suplai sapi bakalan dan sapi indukan, setidaknya untuk kebutuhan bisnis Santori dapat terjaga.

PT Santori pada tahun 2013, telah membeli dua lahan peternakan bernama Riveren Station dan Inverway Station. Keduanya, berlokasi di daerah Victoria River Downs di negara bagian Northern Territory. Luas dua lahan gabungan mencapai 555 ribu hektare. Kedua lahan tersebut memiliki kapasitas sebesar 45 ribu ekor sapi.

(Baca Juga: Setelah Tiga Tahun Absen, Santori Kembali Impor Sapi Australia ).

Menurut Dayan, meskipun harga impor sapi indukan sudah menurun, biaya untuk melakukan usaha budidaya pembiakkan tidak serta merta ikut menurun. Dia mengatakan, sistem pembiakkan sapi potong dengan model sapi dikandangkan yang umum dilakukan di Indonesia karena minimnya lahan, ini yang menyebabkan tingginya biaya produksi. 

"Untuk memproduksi satu ekor sapi dari membuntingkan induk hingga anak lahir dan menjadi sapi siap potong, membutuhkan biaya mencapai Rp 17 juta, dengan berat akhir sapi sekitar 370 kilogram," kata Dayan.

Selain itu, untuk menghasilkan seekor sapi hingga siap potong, membutuhkan waktu berkisar 2,5 hingga tiga tahun. Berbeda dengan usaha penggemukkan sapi, yang hanya membutuhkan waktu sekitar empat bulan, dengan risiko biaya, kematian tinggi.

Menurut dia, tingginya biaya produksi, risiko kematian, dan lamanya waktu pembiakkan, menjadi penyebab investasi breeding sapi masih rendah. Padahal, kata dia, salah satu yang mendorong swasembada sapi dapat dipenuhi dari produksi sapi bakalan dalam negeri.

Rendahnya minat pengusaha investasi di bidang pembiakkan sapi, menjadi tantangan untuk melakukan swasembada sapi. Selain harus difasilitasi dengan menurunkan biaya protokol impor sapi indukkan dia mengatakan, pemberian insentif fiskal seperti pengurangan bea masuk tax holiday, skim pembiayaan dengan subsidi bunga, juga penyediaan lahan yang siap untuk pengembangan peternakan perlu dipertimbangkan. 

(Baca Juga: 1.000 Sapi Impor Japfa Tiba di Pelabuhan Panjang).

PT Santori, telah memiliki kandang penggemukkan dan pembiakkan sapi potong di tiga lokasi. Yakni di Kecamatan Jabung (Kabupaten Lampung Timur) dan Kecamatan Bekri (Lampung Tengah) Provinsi Lampung, Probolinggo, Jawa Timur. g Swasembada Sapn Mursalin Yasland

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement