Senin 30 Nov 2015 18:56 WIB

Saham Perkebunan Kelapa Sawit Diproyeksi Bangkit Tahun Depan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sejumlah analis dan perusahaan riset dunia memproyeksikan saham-saham sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit diproyeksikan akan bangkit (rebound) tahun depan. Hal ini seiring dengan proyeksi naiknya harga minyak sawit (CPO) di pasar komoditas.

"Selama dua bulan terakhir saja, CPO di pasar berjangka sudah naik hingga 2.300 ringgit Malaysia per ton, sementara di pasar derivatif lebih tinggi, 2.361 ringgit Malaysia per ton," kata Direktur Godrej International Ltd, Dorab Mistry dijumpai Republika.co.id, akhir pekan lalu di Nusa Dua, Bali.

Mistry merekomendasikan investor untuk membeli saham-saham perusahaan perkebunan di pasar ekuitas untuk mendapatkan keuntungan harga saham yang bangkit. Outlook bullish dalam dua atau tiga tahun ke depan karena permintaan global untuk CPO terus berkembang, sementara luas tanam total dan produksi relatif stagnan.

Komoditas kelapa sawit digunakan secara luas, khususnya industri pangan, seperti bahan cokelat, kosmetik, hingga biodiesel. Saham-saham perkebunan kelapa sawit di Asia, khususnya Indonesia dan Malaysia, kata Mistry telah rally hingga 26 persen dalam dua bulan terakhir dari posisi terendah enam tahun terakhir.

Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran kekeringan akibat El Nino, peristiwa kabut asap cukup panjang, dan kebakaran hutan di Indonesia yang menekan pasokan. El Nino tahun ini merupakan salah satu yang terkuat dan berdampak paling luas sejak kejadian terakhir 1950. Indonesia dan Malaysia di sisi lain memasok kebutuhan CPO 80-90 persen di dunia.

Mistry menambahkan jika Indonesia konsisten dengan impelementasi mandatori biodiesel tahun depan, makaharga minyak sawit diproyeksikan bisa meroket hingga 600 dolar AS per ton. Hal ini karena mandatori ini mendongkrak konsumsi tiga juta ton minyak sawit untuk pasar dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement