REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Modernisasi kilang dan penambahan fasilitas pengolahan dengan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Refinery Unit IV Cilacap sudah mulai beroperasi secara penuh. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaksir, RFCC Cilacap mampu menghemat devisa per hari mencapai sebesar 3,56 juta dolar AS atau setara dengan Rp 49,3 miliar.
Menteri ESDM Sudirman Said menyatakan, ada banyak keuntungan yang diperoleh Indonesia dengan beroperasinya RFCC Cilacap. Meski, dia mengakui, proyek ini sempat tertunda karena ada pihak-pihak yang membuat negera terus melakukan impor BBM.
Sudirman menjelaskan, potensi devisa yang bisa dihemat dengan beroperasinya kilang-kilang baru di antaranya RFCC adalah sebesar 3,56 juta dolar AS per hari dan potensi pengurangan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium sebesar 15 persen, solar sebesar 30 persen, dan elpiji sebesar 10 persen.
RFCC juga memproduksi HOMC sekitar 37 ribu barel per hari sehingga nantinya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor HOMC.
"Agregatnya bahwa kita dapat kurangi impor premium 15 persen, solar 30 persen, dan elpiji 10 persen. Kalau kembali ke atas macam-macam ini yang diproduksi. Impor HOMC juga sudah tidak diperlukan," ungkapnya di Jakarta, Jumat (27/11).
Sudirman menambahkan, kalau dikaitkan dengan kegiatan TPPI maka peresmian RFCC Cilacap ini merupakan rangkaian dari proyek inisiatif yang membuat ketahanan pasokan semakin baik.
Saat beroperasi 100 persen, RFCC dapat memproduksi HOMC sekitar 37 ribu barel per hari, elpiji sekitar 1.066 ton per hari, dan propylene sekitar 430 ton per hari.