REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom CResco Reasearch Institute, Raden Pardede menilai rupiah akan semakin sulit dikontrol ketika Indonesia sudah semakin terbuka. Sangat sulit untuk menjamin rupiah tetap pada level tertentu.
Ia menjelaskan, pada kenyataannya, ekonomi beberapa negara di dunia sedang mengalami stagnasi. Beberapa negara maju mengalami perlambatan pertumbuhan secara terus menerus.
"Jepang mulai 1990 pertumbuhannya juga tersendat, dan sampai sekarang itu resesi. Dua kali beruntun negatif growth," tuturnya saat ditemui dalam Acara DBS Asian Insights Conference 2015, di Jakarta, Selasa (24/11).
Saat ini Cina pun tengah mengalami perlambatan luar biasa. Ini lah yang mempengaruhi negara-negara berkembang, khususnya negara komoditas, termasuk Indonesia.
"Makanya mata uang dari emerging market, begitu terbuka tidak bisa dikontrol lagi. Tidak ada yang bisa menjamin sekarang ini mata uang ada di titik tertentu," jelas dia.
Dalam hal ini, Raden pun cenderung mengatakan, khusunya bagi pengusaha untuk mempersiapkan diri. "Kita harus terbiasa dengan itu. Kalau berharap dengan pemerintah jangan-jangan harapan kita tidak terpenuhi," lanjutnya.
Di sini, kepada para pengusaha ia menyarankan agar melakukan lindung nilai (hedging). Ini dalam rangka mengantisipasi rupiah tak terkendali. "Daripada berharap semacam kepastian pemerintah atau BI, bahwa rupiah akan stabil di Rp 13ribuan. Itu strategi baik," ungkapnya.