Selasa 24 Nov 2015 07:32 WIB

Rosan: Perkuat Brand Produk Nasional

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Kandidat Ketum Kadin Rosan P Roeslani
Foto: www.perbankanfinansial.kadin-indonesia.or.id
Kandidat Ketum Kadin Rosan P Roeslani

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Calon Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2015-2020, Rosan Perkasa Roeslani menyatakan akan mengusung konsep Local Champion to Global Citizen yang bisa diterapkan sebagai solusi di tengah perlambatan ekonomi. Penguatan brand produk lokal dapat menunjukkan identitas bangsa.

Local Champion adalah produk atau brand lokal yang menjadi kebanggan bangsa dan mendominasi di dalam negeri. Sedangkan Global Citizen adalah Local Champions yang juga sukses menembus pasar dunia.

"Kita seharusnya bisa ambil sisi positif dari pengalaman Jepang, Cina, dan Korea Selatan yang mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan cara membangun industrialisasi yang kuat," ujar Rosan, Selasa (24/11).

Menurut Rosan, tiga negara tersebut mampu menjadi raksasa ekonomi Asia bahkan dunia dalam kurun waktu tujuh hingga sepuluh tahun. Transformasi ekonomi negara-negara tersebut diawali dengan reindustrialisasi berskala masif, serta melahirkan produk atau brand lokal yang digemari masyarakat dunia.

Rosan mengatakan, produk atau brand nasional yang mampu menembus pasar internasional bisa membangun identitas kebangsaan yang kuat. Selain itu, hal tersebut juga dapat menciptakan rasa percaya diri sehingga bisa memunculkan daya saing yang tinggi.

"Hampir tidak ada negara maju di dunia yang tidak memiliki produk, brand atau perusahaan unggulan," kata Rosan.

Rosan menjelaskan, untuk dapat mewujudkan hal tersebut harus ada perubahan mental dan perilaku usaha nasional menjadi global nasionalis, serta strategi lokal. Selain itu, dibutuhkan juga reformasi struktural untuk mewujudkan visi yang terukur, holistik dan strategis.

Menurutnya, harus dicapai pula skala ekonomi industri untuk sektor perusahaan, produk/layanan yang berpotensi menciptakan struktur dan sumber pembiayaan yang lebih cepat, murah, masif dan mandiri. "Sumber daya manusia harus menjadi nilai tambah, bukan komoditas dan perlu lebih banyak kolaborasi untuk kepentingan nasional dengan fokus dan penyempurnaan information generation, decision making dan governance system," kata Rosan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement