REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal pekan ini, perdagangan saham akan cenderung bervariasi dibayangi meningkatnya risiko pasar global. Kondisi ini bisa memicu berlanjutnya arus dana asing yang keluar (capital outflow) dari pasar saham.
"Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak dengan support di 4.410 dan resisten di 4.490 cenderung koreksi," jelas Analis Saham dari First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Senin (16/11).
Ia mengatakan, di tengah sentimen negatif pasar global dan kawasan, IHSG akhir pekan lalu bergerak anomali. Itu dibandingkan pergerakan bursa kawasan Asia yang bergerak di teritori negatif, menyusul meningkatnya risiko pasar global setelah anjloknya harga minyak mentah dunia.
IHSG berhasil tutup menguat 10,613 poin atau 0,24 persen di level 4472,838. "Penguatan terbatas IHSG dipicu aksi pemodal lokal melakukan rebalancing portofolio dan keluarnya data transaksi berjalan kuartal III/2015 yang dirilis Bank Indonesia (BI) akhir pekan lalu," lanjut David.
Ia mengungkapkan, defisit transaksi berjalan kuartal III tahun ini turun mencapai 4 miliar dolar AS atau 1,86 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu dibandingkan data pada kuartal II yang sebesar 4,2 miliar dolar AS atau 1,95 persen dari PDB.
"Nilai transaksi relatif tipis hanya mencapai Rp 3,2 triliun di pasar reguler," tuturnya.
Sementara, selama sepekan IHSG terkoreksi 2 persen di tengah pelemahan nilai tukar rupiah sejauh 0,6 persen di Rp 13.633 per dolar AS. Koreksi terutama, menurut David dipicu keluarnya dana asing di pasar saham hingga mencapai Rp 1,5 triliun sepekan terakhir.
"Ini mencerminkan resiko capital outflow masih relatif tinggi," katanya.