REPUBLIKA.CO.ID, ANTALYA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ketergantungan pada mata uang dolar AS berpotensi mengancam kemajuan perekonomian global.
"Ketergantungan yang tinggi terhadap dolar AS telah menyebabkan distorsi-distorsi global yang kini mengancam kemajuan ekonomi global," kata Presiden Jokowi dalam Working Session I KTT G-20 di Antalya, Turki, Ahad (15/11) waktu setempat.
Presiden Jokowi menegaskan sudah waktunya untuk merombak total arsitektur keuangan global. Hal itu penting mengingat masalah utama yang dihadapi perekonomian dunia saat ini adalah menciutnya likuiditas dolar AS di hampir semua negara berkembang atau emerging markets. Selain itu, sejak diciptakannya mata uang Euro pada 1999, tidak ada mata uang dunia atau global reserve currency yang baru.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa negara-negara berkembang harus segera mengimplementasikan reformasi-reformasi ekonomi yang fundamental. "Reformasi perekonomian yang nyata sangat diperlukan untuk membangun kembali kredibilitas pasar serta merebut kembali kepercayaan investor dan pelaku ekonomi," kata Presiden Jokowi menegaskan.
Reformasi ekonomi yang fundamental ini, menurut Jokowi, perlu diikuti likuiditas finansial yang kuat agar tidak mengalami gejolak karena terjadinya gangguan pada likuiditas.