Jumat 13 Nov 2015 16:52 WIB

Kementerian Akui Sulit Dorong Performa Industri

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Industri manufaktur
Foto: Prayogi/Republika
Industri manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan industri nonmigas sampai akhir tahun diprediksi masih lemah. Hal ini karena, belum banyak penambahan insentif yang dampaknya bisa dirasakan langsung oleh industri.

"Kalau mau optimis mungkin sampe akhir tahun pertumbuhan industri berkisar di angka 5,5 persen," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat di Jakarta, Jumat (13/11).

Syarif menjelaskan, pada awal 2015 Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri bisa mencapai 6,8 persen. Namun, seiring dengan terjadinya perlambatan ekonomi global maka target tersebut akan sulit dicapai.

Meski kondisi perekonomian sedang lesu, Kementerian Perindustrian dinilainya tetap berupaya agar industri terus bergerak. Salah satunya yakni dengan adanya paket-paket kebijakan yang berpihak pada industri diantaranya penurunan harga gas dan pemberian diskon tarif listrik. Selain itu, adanya pemberian insentif bagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), mulai dari pembebasan PPN dan PPnBM importasi, kepabeanan, ketenagakerjaan, pertanahan, dan perizinan. Namun memang, menurut Syarif, kebijakan tersebut tidak bisa langsung dirasakan dalam waktu jangka pendek.

"Kita sudah melakukan effort dari dalam saja masih susah ngangkatnya," kata Syarif.

Kementerian Perindustrian juga tengah melakukan perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang di tujuh kawasan industri dan penyusunan DED di enam kawasan industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Penyusunan tersebut saat ini sudah mencapai 75 persen. Hal yang sama juga dilakukan untuk enam kawasan industri di wilayah Papua, Maluku, dan Sulawesi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement