REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini akan cenderung koreksi. Itu dengan mencermati perkembangan pasar saham global yang kurang kondusif.
"Nilai tukar rupiah atas dolar AS juga akan cenderung melemah kembali. IHSG diperkirakan akan bergerak dengan kisaran 4.430 hingga 4.485," tutur Analis Saham dari First Asia Capital, David Sutyanto, Jumat (13/11).
Ia menjelaskan tadi malam indeks saham di pasar global kembali tertekan. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro melemah 1,76 persen. Di Wall Street, indeks saham utama melemah 1,4 persen.
"Koreksi indeks saham turut dipicu anjloknya harga minyak mentah yang tadi malam di AS turun hampir 3 persen di 41,65 dolar AS per barrel," lanjutnya.
Sementara Kamis (12/11) kemarin, di tengah tipisnya nilai transaksi, IHSG berhasil rebound tutup menguat terbatas 10,636 poin atau 0,24 persen di level 4.462,225. Namun, David mengungkapkan, gerak IHSG yang terbatas kemarin mengindikasikan pasar masih diliputi sejumlah risiko. Ini terutama berasal dari eksternal.
"Suramnya prospek perekonomian Cina setelah data yang keluar kemarin yakni jumlah pinjaman baru Oktober lalu di bawah ekspektasi pasar," jelasnya.
Pinjaman baru di Cina pada Oktober hanya 513,6 miliar yuan. Ini turun 51 persen dari bulan sebelumnya, yaitu 1,05 triliun yuan dan di bawah konsensus ekonom sebelumnya 798,2 miliar yuan. "Jumlah pinjaman baru Oktober itu terendah dalam lima belas bulan terakhir dan kembali mengkonfirmasi melambatnya perekonomian Cina," kata David.
Selain faktor Cina, pasar emerging market juga memperhitungkan rencana kenaikan suku bunga the Fed akhir tahun ini. Pasar kini mengantisipasi testimoni sejumlah pejabat the Fed tadi malam.
Presiden Bank Sentral negara bagian Saint Louis, James Bullard, tadi malam menyatakan the Fed tidak perlu mempertahankan tingkat bunganya saat ini. Pernyataan ini mengindikasikan kenaikan di pertemuan Desember mendatang.
"Pernyataan ini menekan mata uang emerging market, pasar saham dan harga komoditas. Pelaku pasar cenderung menghindari aset beresiko," papar David.