REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menilai pasar batubara masih sulit hingga akhir 2015. Harga jual batu bara rata-rata Adaro turun 14 persen hingga kuartal tiga tahun ini.
"Tren masih menurun. Masih ada over supply yang kronis," kata Direktur Adaro Syah Indra Aman, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (10/11).
Adaro telah menurunkan panduan produksi tahun ini hingga dua kali lipat. Awal tahun 2015, panduan produksi dipatok 56 juta-58 juta ton. Panduan itu turun 54 juta -56 juta ton dan turun lagi setelah Adaro mengumumkan kinerja 9 bulan menjadi 52 juta-54juta ton.
Revisi dilakukan sebagai antisipasi kondisi pasar yang sulit. "Pertumbuhan permintaan akan tetap lemah. Harga juga trennya menurun. Kelihatannya kelebihan pasokan ini butuh waktu untuk membaik. Kami putuskan revisi traget produksi dan berusaha mempertahankan margin yang sehat," ungkapnya.
Meski demikian, ia optimistis bisa mencapai batas bawah dari target produksi itu. Apalagi, potensi pengembangan ke depan dinilai masih cukup besar. Sejauh ini, Asia masih sangat bergantung pada batubara sebagai sumber energi.
"Selalu ada optimisme. Permintaan batubara sebenarnya selalu naik. Harga turun itu lebih banyak karena kita over supply," ungkap Indra.
Selama sembilan bulan tahun ini, profitabilitas Adaro dalam paparan kinerjanya tengah tertekan. Laba bersih setelah pajak turun 19 persen menjadi 181 juta dolar AS. Laba inti turun 21 persen menjadi 228 juta dolar AS.
Sementara pendapatan usaha Adaro turun 16 persen menjadi 2,112 miliar dolar AS. Itu disebabkan penurunan volume penjualan sebesar tiga persen menjadi 41,2 juta ton.