REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BPS mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 4,73 persen (year on year). Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pun menilai pertumbuhan ekonomi di tanah air yang tak mencapai target inipun sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi global.
"Bedanya 0,97 persen kan. Kan target nasional 5,7, inikan 4,7. Ya tentu tapi itukan udah berkali-kali kita sampaikan dipahami bahwa ini keadaan sangat berpengaruh pada keadaan ekonomi global," kata Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (6/11).
Wapres menjelaskan, perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini tak terlepas dari pengaruh ekonomi dunia yang lesu seperti di Cina dan Amerika Serikat. Kondisi ini mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat dunia sehingga mempengaruhi penurunan jumlah dan harga komoditas ekspor dari Indonesia.
Daerah-daerah penghasil utama komoditas seperti Kalimantan dan Sumatera pun terkena imbas dari perlambatan ekonomi dunia. "Akibat selanjutnya, daya beli di daerah itu secara nasional menurun, akibatnya industri kita tentu melambat permintaannya, akibatnya disitulah yang kita sebut perlambatan ekonomi yang kemarin diumumkan 4,73%. Itu artinya 1% di bawah target yang kita harapkan," jelas dia.
Pemerintah, lanjut dia, berupaya keras agar kegiatan perekonomian saat inipun dapat berjalan dengan baik meskipun pertumbuhannya tercatat melemah. Kalla mengatakan, untuk menghadapi kondisi ini, produksi dalam negeri harus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Sehingga impor komoditas dari luar negeri pun juga harus dikurangi.
Menurut Kalla, Indonesia perlu meningkatkan produksi berbagai komoditas kebutuhan nasional, seperti produksi pertanian yang selama ini masih diimpor. Selain itu, Kalla juga menilai investasi baik oleh pemerintah maupun pihak swasta juga perlu ditingkatkan.
"Belanja pemerintah hanya seperempat daripada faktor untuk pertumbuhan ekonomi. Faktor lainnya swasta, konsumsi masyarakat dan juga investasi dari domestik," kata Kalla.