REPUBLIKA.CO.ID, ATAMBUA -- Memacu penggunaan rupiah di tengah masyarakat, terlebih warga yang tinggal di perbatasan terus dilakukan Bank Indonesia (BI).
Salah satu caranya adalah dengan melakukan sosialisai dan merubah kebiasaan masyarakat perbatasan.
"Kita terus sosialisasi dan edukasi agar masyarakat menggunakan rupiah dalam setiap transaksi mereka selama itu masih di wilayah Indonesia," kata Luctor E. Tapiheru, belum lama ini di Atambua.
Luctor mengatakan penggunaan mata uang asing di perbatasan bukan karena nilai tukar rupiah yang lemah. Namun, jelasnya, itu karena kebiasaan dan kemudahaan menerima serta ketersediaan mata uang tersebut.
Luctor mengaku BI memang belum bisa menjangkau semua daerah di Indonesia terkait ketersediaan rupiah terlebih daerah perbatasan. Keterbatasan infrastuktur serta ketersediaan mata uang di daerah tertentu, jelasnya, membuat minimnya penggunaan mata uang rupiah.
"Transaksi di daerah perbatasan itu cukup besar. Dan kini kita mencoba memenuhi ketersediaan ini di daerah yang kurang tersebut," terangnya.
Kebiasaan masyarakat untuk bertransaksi menggunakan rupiah, diakui Luctor memang terhadi di beberapa daerah perbatasan. Katanya, seperti di perbatasan sebelah barat atau wilayah yang berbatasan dengan Malaisya.
Namun, katanya hal tersebut tidak terjadi di Atambua yang merupakan kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste ini. Lanjutnya, warga di daerah tersebut lebih senang menggunakan rupiah ketimbang Dolar Amerika (mata uang Timor Leste) untuk bertransaksi.
"Atau yang berbatasan dengan FIlipina, rupiah kita tidak inferior dan lebih bisa diterima," tambahnya.
Sementara Kepala Perwakilan BI provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Naek Tigor Sinaga mengatakan penggunaan Rupiah berkaitan erat dengan eksistensi dari institusi perbankan. Katanya, penggunaan rupiah membuat kondisi perbankan positif.
"Itu berpengaruh kepada kondisi perekonomian di Kabupaten Belu. Sampai dengan periode Agustus 2015, aset perbankan tumbuh sebesar 36,4 persen (yoy)," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mengkampanyekan gerakan cinta rupiah untuk menegaskan penggunaan transaksi mata uang nasional di dalam wilayah Indonesia. Hal tersebut dilakukan bertepatan dengan ulan tahun Kota Atambbua ke-99.