REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Frans Kongi menyatakan dampak penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum signifikan.
"Kalau dampak positifnya pasti ada tetapi belum terlalu terasa, mungkin dalam waktu dekat ini akan mulai terasa khususnya dari sisi operasional perusahaan," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (17/10).
Menurut dia, yang pasti dampak baik penguatan rupiah akan sangat dirasakan oleh industri yang selama ini masih bergantung pada bahan baku impor. "Dengan begitu daya saing produk Indonesia di pasar global akan semakin baik karena harganya juga dapat lebih ditekan," katanya. Salah satu sektor industri yang akan sangat merasakan dampak baiknya adalah industri tekstil.
Menurut dia, hingga saat ini industri tekstil masih sangat tergantung oleh bahan baku dari luar negeri yaitu kapas. Karena itu, ia berharap, dengan adanya penguatan rupiah dan dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi jilid IV akan menggeliatkan operasional industri dalam negeri.
"Saya optimistis penguatan rupiah dan paket kebijakan ekonomi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal IV," katanya.
Selain itu, ia berharap kondisi tersebut diperkuat dengan mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah yang melibatkan masyarakat. Dengan berjalannya proyek tersebut maka akan terjadi perputaran uang di kalangan masyarakat. "Dengan adanya perputaran uang maka daya beli dari masyarakat akan meningkat. Apalagi ini jelang akhir tahun di mana kebutuhan masyarakat akan mengalami peningkatan," katanya.
Frans mengakui untuk saat ini lebih optimistis dengan pasar di dalam negeri mengingat pasar luar negeri masih cenderung lesu. "Kalau untuk ekspor memang masih cukup lesu sehingga diharapkan pasar dalam negeri ini dapat menjadi alternatif untuk penjualan produk kami," katanya.