Jumat 16 Oct 2015 09:10 WIB

Indonesia Siap Bangun PLTN

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indah Wulandari
Pembangkit tenaga nuklir
Foto: Batan
Pembangkit tenaga nuklir

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR -- Badan Tenaga Nuklir (Batan) menilai Indonesia lebih siap dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibanding negara lainnya di Asia Tenggara.

Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnuboto mengatakan, PLTN bisa memasok kebutuhan energi listrik 1.000-1.400 megawatt (MW) per unit.

"Indonesia lebih siap di Asia Tenggara, misalnya dibandingkan Vietnam yang saat ini sudah teken kontrak pengembangan PLTN dengan Jepang dan Rusia," kata Djarot di Denpasar, Kamis (15/10).

Menurutnya, 2015 adalah waktu tepat bagi Indonesia untuk memulai pembangunan PLTN karena segala fasilitasnya sudah lengkap. Jika agenda ini masih diundur, maka negara ini tak akan siap merealisasikan target operasional energi nuklir pada 2024.

Penerimaan masyarakat terhadap penggunaan nuklir untuk energi listrik, ujar Djarot sudah mencapai 72 persen. Sisanya menolak dan ragu-ragu. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTN mencapai Rp 50 triliun atau dua kali lipat dari pembangkit biasa, namun keuntungan yang diperoleh lebih besar dan kompetitif.

Batan menilai, lokasi yang cocok untuk pembangunan PLTN di Indonesia antara lain Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Ketiga wilayah ini dinilai strategis karena jarang terjadi gempa bumi.

Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Jazi Eko Istiyanto menambahkan energi berbasis nuklir masuk ke dalam skema 17 persen energi baru dan terbarukan di Indonesia. Jika targetnya 2025 atau 2026, maka Indonesia harus memulai pembangunan PLTN tahun ini atau maksimal tahun depan.

"Target 95 Gigawatt-electric (GWe) energi terbarukan tak akan tercapai jika hanya mengandalkan matahari, panas bumi, angin, dan air," kata Jazi.

Sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan mengalami kekurangan pasokan listrik pada 2016. Cadangan operasi PLN akan berkurang di bawah 25 persen dari level ideal 25-30 persen. Oleh karenanya, pemanfaatan energi nuklir sangat penting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement