Jumat 09 Oct 2015 15:38 WIB

RI Yakin Bisa Swasembada Sapi Wagyu pada 2019

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nidia Zuraya
Sapi Impor.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sapi Impor. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pasokan sapi Indonesia saat ini masih rapuh dan bergantung pada impor Australia. Namun, Indonesia melalui perusahaan ternak swasta telah sukses berswasembada sapi jenis premium bernama Wagyu sejak 2014. Melalui pengembangbiakan indukannya yang berasal dari Australia, Sapi Wagyu Indonesia dikembangbiakan dan digemukkan di kawasan Lampung. Indonesia pun diprediksi akan memiliki Wagyu murni pada 2019.

"Kita mulai pada 2007, impor sapi wagyu 200 ekor, dengan melakukan metode persilangan sampai keturunan kelima, kita akan punya sapi wagyu murni Indonesia pada 2019," kata Head of Breeding Division PT Santosa Agrindo (Santori) Dayan Antoni di Stand JAPFA, JIEXPO Kemayoran Hall C3, Blok A-10 pada Jumat (9/10).

Santori merupakan salah satu anak Perusahaan JAPFA yang bergerak  di dalam lini usaha pembibitan dan penggemukan sapi. Khusus untuk pembibitan  sapi, Santori merupakan breeding terbesar di Indonesia yang  berfokus kepada pembibitan wagyu.

Santori, kata dia, sudah berpengalaman melakukan pembibitan dan penggemukan sapi sejak 20 tahun yang lalu. Berlanjut di pertengahan 2000-an, Di awal, ia melihat pertumbuhan konsumsi daging premium untuk konsumsi kelas menengah serta kegiatan pariwisata pesat.

Terdapat sejumlah perbedaan ketika perusahaan melakukan pembibitan sapi wagyu dengan sapi biasa. Jika sapi biasa makan waktu 90-100 hari untuk masa penggemukan, maka wakyu lebih lama. Ia membutuhkan waktu hingga 400 hari masa penggemukan dengan target berat 600 kilogram.

Kunci pembibitan dan penggemukan wagyu yakni di sistem integrasi dari mulai produksi, pemotongan dan pemasarannya. Meski makan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal, penjualan wagyu ketika sudah menjadi daging jauh lebih mahal dengan keuntungan berlipat.

Ia pun mula-mula menerangkan soal keunggulan wagyu sebagai sapi kelas premium, dibandingkan dengan sapi biasa. "Asal Wagyu dari Jepang, ia memiliki kecenderungan genetik berupa pemarmeran atau marbling tinggi dan memproduksi lemak tak jenuh berminyak dalam jumlah besar," katanya.

Dibandingkan sapi lainnya, kecenderungan genetik ras Wagyu menghasilkan daging dengan kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang lebih tinggi. Pemarmeran terus-menerus juga memperbaiki rasio lemak tak jenuh tunggal dan lemak jenuh. Sehingga, memakan daging ini tidak akan meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement