Rabu 07 Oct 2015 22:07 WIB

Dalam Sebulan Cadangan Devisa Turun Rp 49,7 Triliun

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Departemen Komunikasi Tirta Segara (kiri), Direktur Departemen Makropudensial Yati Kurniati (kanan) berbicara saat konfrensi pers di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (24/6).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Kepala Departemen Komunikasi Tirta Segara (kiri), Direktur Departemen Makropudensial Yati Kurniati (kanan) berbicara saat konfrensi pers di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat turun sebesar 3,6 miliar dolar AS atau Rp 49,7 triliun dalam satu bulan. Posisi cadev akhir September 2015 tercatat senilai 101,7 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2015 sebesar 105,3 miliar dolar AS.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penggunaan cadangan devisa dalam rangka pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara, dalam keterangan resmi, Rabu (7/10).

Tirta menjelaskan, penurunan cadev masih sejalan dengan komitmen Bank Sentral yang telah dan akan terus berada di pasar dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya untuk mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir September 2015 masih cukup membiayai 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa saat ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, membenarkan penurunan cadev untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. "Tugas BI kan menjaga stabilitas sistem keuangan sehingga penggunaan cadev adalah untuk stabilisasi kurs rupiah," jelasnya kepada wartawan.  

Mirza menambahkan, BI juga melakukan stabilisasi pasar surat berharga negara (SBN). Sebab pasar SBN merupakan instrumen penting bagi pemerintah mendanai APBN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement