Rabu 07 Oct 2015 20:55 WIB

Ekonom UOB: Rupiah Akan Terus Menguat

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
  Sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa selamatkan rupiah dari krisis di Jalan Dipenogoro, Kota Bandung, Jumat (2/10).   (foto : Septianjar Muharam)
Sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa selamatkan rupiah dari krisis di Jalan Dipenogoro, Kota Bandung, Jumat (2/10). (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan cukup signifikan pada pekan ini. Rupiah mulai meninggalkan level Rp 14.000 per dolar AS. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, perdagangan rupiah ditutup di level Rp 13.821 per dolar AS pada Rabu (7/10), menguat 420 poin atau 2,95 persen dibandingkan penutupan Selasa di level Rp 14.241 per dolar AS.

Sedangkan menurut data kurs tengah Jisdor Bank Indonesia, rupiah ditetapkan di level Rp 14.065 per dolar AS, dibadingkan Selasa di level Rp 14.382 per dolar AS.

Ekonom UOB, Ho Woei Chen, mengatakan, dolar AS jatuh pada perdagangan dan terus melemah terhadap mata uang regional setelah AS menerapkan kebijakan non-farm payroll pada Jumat (2/10) lalu. Harga minyak mentah mulai rebound di atas 50 dolar AS per barel sehingga memberikan dorongan mata uang regional khususnya rupiah dan ringgit Malaysia terkait komoditas.

"Rupiah telah outperformer di Asia," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (7/10).

Ho Woei Chen menyebutkan, sejak awal Oktober, rupiah telah menguat sekitar 6 persen terhadap dolar AS. Selain risiko-sentimen, berkurangnya ekspektasi depresiasi lebih lanjut yuan Cina juga berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia yang dijadwalkan berlangsung di Lima, Peru pada 09-11 Oktober juga bisa menjaga antusias pasar.

"Rebound rupiah juga bertepatan dengan pengumuman Bank Indonesia pada tanggal 30 September terkait langkah-langkah lebih lanjut untuk menstabilkan nikai tukar, yang berfokus pada pengelolaan suplai dan permintaan untuk mata uang, pada dasarnya mengurangi pasokan rupiah dan meningkatkan pasokan mata uang asing," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement