Rabu 07 Oct 2015 19:12 WIB

Purbaya: Rupiah Naik Tajam, Positif tapi Tetap Waspada

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mata Uang Rupiah
Foto: Republika.co.id
Mata Uang Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah atas dolar AS menguat drastis. Di pasar spot, rupiah menguat sejauh 420 poin atau 2,95 persen menjadi Rp 13.821 per dolar AS.

Sementara, menurut data Bank Indonesia (BI), kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan rupiah ada di level Rp 14.065 per dolar AS. "Sangat drastis, signifikan sekali," ujar Ekonom Purbaya Yudhi Sadewa, ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (7/10).

Ia sendiri mengaku masih mencari penyebab kenaikan rupiah yang tajam dalam dua hari ini. Namun, ia mengatakan, kemungkinan besar kebijakan domestik, terutama Bank Indonesia, yang direspon positif menyebabkan ini terjadi.

"Tertundanya kenaikan suku bunga the Fed mungkin memberikan ruang untuk menguat, tapi kalau lihat kenaikan regional, negara lain tak setajam rupiah," ucap dia menjelaskan.

Namun, tutur dia, penguatan rupiah kali ini belum mencerminkan fundamental perekonomian negara. Ia masih menilai ekonomi domestik cenderung lambat.

"Daya beli masyarakat di September turun. Nampaknya PHK sudah membawa pengaruh," ujar dia.

Ia menegaskan, penguatan rupiah bisa diterima positif. Ini akan menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi ke depannya.

Namun, ia melanjutkan, jangan terlena dengan keadaan ini. Hal ini dinilainya hanya efek jangka pendek. Jika tidak ada kebijakan jangka panjang, maka tidak ada pula perbaikan ke depannya

"Ini kan hot money masuk , biasanya cepet keluar juga. Maka cermati apa yang menjadi konsen investor. itu dijaga betul. Mereka harus dilihat betul," lanjut Purbaya.

Saat ini, kata dia, yang harus dilakukan adalah waspada. Kenaikan rupiah yang begitu cepat harus diiringi denga kesiapan untuk menanggulangi jika ada potensi kebalikan arus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement