REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan buruh terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa bulan terakhir. Namun, pengusaha mengaku masih kesulitan mencari tenaga kerja untuk industri padat karya. Hal ini karena tenaga kerja yang dicari untuk industri padat karya adalah mereka yang terampil dan telaten.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit mengatakan, pelaku usaha industri padat karya sebenarnya mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja di daerah. Hal ini karena, industri ini membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan telaten.
"Sebaiknya perlu ada kerja sama dengan pemerintah daerah, jadi bupati setempat memberikan informasi kepada pelaku usaha bahwa di daerahnya memiliki tenaga kerja yang sudah terampil sehingga kita mudah," ujar Anton di Jakarta, Rabu (7/10).
Anton mengatakan, selama ini pelaku usaha yang berinvestasi di daerah bergerilya sendiri untuk mencari tenaga kerja. Tak jarang mereka juga melatih keterampilan tenaga kerja tersebut agar bisa bekerja di industri padat karya.
Ke depan, pelaku usaha berharap ada peran dari pemerintah daerah dalam menyediakan tenaga kerja. Selain itu, tenaga kerja yang disiapkan harus disesuaikan dengaan potensi daerahnya.
"Kalau daerah tersebut memposisikan sebagai daerah manufaktur maka tenaga kerja dilatih untuk industri, dan bila daerah potensi wisata dibikin sekolah wisata lebih banyak. Itu yang ideal," kata Anton.
Apabila tenaga kerja di daerah sudah siap, maka bisa langsung memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk menambah keterampilan. Dengan demikian, tenaga kerja di daerah bisa memiliki kompetensi dan keterampilan yang mumpuni. Selain itu, dengan kesiapan tersebut bisa membuat transformasi dari tenaga kerja dari informal menjadi formal. Menurut Anton, apabila jumlah tenaga kerja formal di Indonesia meningkat maka bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.