REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X mendorong pengrajin batik di daerah ini mengikuti perkembangan tren fashion internasional agar daya saing ekspor batik mampu ditingkatkan.
"Pada era globalisasi ini batik diminta bisa memenuhi selera pasar, selain harganya yang kompetitif," kata Sultan dalam acara Perayaan Jogja Kota Batik Dunia di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Senin (5/10).
Menurut Sultan selain agar daya saing ekspor batik dapat ditingkatkan dengan mengikuti tren fashion internasional, pengrajin batik juga diharapkan dapat memadukan antara batik Nusantara dengan busana merek internasional.
"Dengan adanya perpaduan produk fashion yang punya merek dunia dengan khas batik Nusantara maka akan memperkuat ekspor," kata dia.
Ia mengatakan munculnya berbagai ragam batik yang menyesuaikan dengan selera pasar tidak akan mengkerdilkan keluhuran batik, namun justru akan mengukuhkan produk tentun dan batik Indonesia di mata dunia.
Sementara itu, ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Larasati Suliantoro Sulaiman mengatakan para pengrajin batik saat ini dituntut untuk memenuhi kebutuhan pasar agar industri batik dapat terus diterima di pasar global.
Kendati demikian, Larasati mengatakan penyesuaian dengan kebutuhan pasar bukan berarti meniru sepenuhnya busana internasional, lantas menghilangkan ciri khas budaya Nusantara.
"Memang penting mengikuti tren global, namun kalau bisa kita tetap harus menjadi "trend setter", tidak boleh sepenuhnya ikut alur tren global," kata dia.