Selasa 29 Sep 2015 16:32 WIB

UMR Sidoarjo Tinggi, Pabrik Mebel Taiwan Pindah ke Vietnam

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Produk mebel menjadi andalan ekspor Indonesia.
Produk mebel menjadi andalan ekspor Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan, salah satu perusahaan mebel besar di Sidoarjo, Jawa Timur telah memutuskan untuk memindahkan pabriknya ke Vietnam. Perusahaan tersebut saat ini sudah mulai berkemas dan akan pindah pada awal 2016 mendatang.

"Ini perusahaan asing asal Taiwan yang sudah tiga tahun beroperasi di Indonesia, salah satu alasan mereka pindah yakni karena faktor perburuhan dan UMR," ujar Abdul di Jakarta, Selasa (29/9).

Abdul menjelaskan, UMR di Indonesia melonjak sampai 150 persen dalam kurun waktu tiga tahun. Hal ini sangat memberatkan, karena perusahaan asal Taiwan tersebut memiliki sekitar tiga ribu karyawan. Perusahaan itu memutuskan pindah setelah membandingkan kebijakan, upah buruh dan fasilitas yang lebih efisien di Vietnam.

"Vietnam lebih efisien sekitar 35 persen dari Indonesia, termasuk man hour kita juga beda 20 persen," kata Abdul.

Selain itu, upah pekerja di Vietnam lebih murah yakni hanya 120 dolar AS per bulan. Sedangkan, upah pekerja di Indonesia sekitar 250 dolar AS per bulan.

Abdul mengatakan, dengan jumlah karyawan yang banyak maka memindahkan pabrik ke Vietnam merupakan langkah yang efisien. Menurut Abdul, sebenarnya sejak 2015 sudah ada enam perusahaan mebel milik asing yang memindahkan pabriknya ke Vietnam. Hal ini tentu saja akan menimbulkan potensi pemutusan hubungan karyawan dalam jumlah besar.

Abdul menjelaskan, Amkri menargetkan pertumbuhan industri mebel dan kerajinan bisa mencapai 5 miliar dolar AS dalam jangka waktu lima tahun. Untuk mencapai target tersebut, industri mebel harus tumbuh sekitar 15 persen per tahun.

Target ini, akan sulit tercapai apabila investor asing skala besar memilih untuk relokasi. Selain itu, pertumbuhan ekspor nasional yang dicanangkan bisa mencapai 2 miliar dolar AS pada tahun ini juga akan terganggu.

Abdul menjelaskan, perusahaan asal Taiwan yang akan relokasi tersebut merupakan salah satu pengekspor besar di Jawa Timur dengan pangsa pasar ekspor ke Amerika Serikat. Menurutnya, Jawa Timur merupakan penyumbang ekspor mebel dan kerajinan nasional terbesar yakni sekitar 600 juta dolar AS sedangkan Jawa Tengah menyumbang ekspor 500 juta dolar AS, dan sisanya Jawa Barat.

"Untuk mengembalikan investor asing ke Indonesia bukan hanya perbaikan desain, tapi daya saing juga diperbaiki supaya harganya kompetitif," kata Abdul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement