Senin 28 Sep 2015 11:56 WIB

Cerita Petani Sawit: Kami Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Kelapa sawit
Kelapa sawit

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah petani kelapa sawit di Pekanbaru, Provinsi Riau, menjerit. Rendahnya harga jual buah sawit dan turunnya produksi per satuan luas, membuat mereka mengalami kerugian besar. 'Permainan' bandar dan kemarau panjang menjadi faktor penyababnya.

"Harga buah sawit jatuh pada level terendah yang hanya Rp 500 per kg pada dua pekan lalu," kata Mansyur (42 tahun) petani sawit di Air Mole, Indragiri Hulu, Riau, kepada Republika.co.id, Senin (28/9).

Dia mengatakan, 'rontok'-nya harga buah sawit mulai terjadi sejak awal tahun. Saat itu, harga sawit masih dikisaran Rp 1.650 per kg. Namun, pasca-Lebaran Idul Fitri kemarin harga jual sawit di tingkat petani terjun bebas hingga Rp 300 per kg.

“Mau untung dari mana kalau harganya sebesar itu. Kalau kita maksakan panen, justru akan rugi," ungkap Mansyur. Kerugian itu berasal dari biaya transportasi dan biaya petik.

Minimal, kata Mansyur yang memiliki lahan sawit seluas 15 hektare, harga jual sawit di atas Rp 1.200 per kg. "Itu sudah ada untungnya, walau pun tipis," ujarnya.

Namun saat ini, kata Mansyur, harga buah sawit mulai bergerak naik lagi. Harga pada awal pekan ini baru mencapai Rp 640 per kg. "Turunnya harga sawit ini, tak terlepas dari permainan bandar," katanya.

Mansyur memperkirakan, harga akan terus bergerak naik hingga akhir tahun. Meski pun pergerakan kenaikannya sangat lambat bila dibandingkan dengan ‘rontok’nya harga jual sawit. Kata dia, harga akan kembali normal di kisaran Rp 1.800 pada semester pertama 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement