Rabu 23 Sep 2015 20:28 WIB

Pengamat Sebut Rupiah Bisa Seret IHSG Hingga Level 4.000

Layar menunjukan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi penutupan di Bursa Efek Jakarta, Jumat (18/9). Republika/Tahta Aidilla.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Layar menunjukan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi penutupan di Bursa Efek Jakarta, Jumat (18/9). Republika/Tahta Aidilla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar modal Edwin Sebayang menilai potensi indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tertekan menuju level 4.000 poin cukup terbuka jika nilai tukar rupiah tidak mengalami perbaikan. Ketika nilai tukar rupiah berada pada level Rp 13.000 per dolar AS saja kinerja perusahaan tercatat atau emiten di BEI mengalami perlambatan padsa semester I 2015. "Apalagi kondisi saat ini yang mulai menuju level Rp15.000 per dolar AS, maka mayoritas kinerja emiten berpotensi kembali terpukul. Kekhawatiran itu mempengaruhi investor saham sehingga mereka cenderung melakukan aksi jual," ujar Kepala Riset MNC Securities, Rabu (23/9).

Menurut dia, depresiasi nilai tukar rupiah sangat mempengaruhi kinerja emiten, apalagi bagi perusahaan yang memiliki utang berdenominasi dolar AS dan ketergantungan impor tinggi untuk bahan baku. Bahan baku impor membuat beban perusahaan meningkat, maka mau tidak mau meningkatkan harga jual. Namun, penjualan juga mengalami penurunan. Artinya, situasi itu berpotensi menggerus pendapatan dan laba emiten.

Ia memaparkan pada semester I 2015 lalu, rata-rata kinerja emiten turun sekitar 3,5 persen. Tren pelemahan rupiah yang terus mendekati level Rp 15.000 per dolar AS, maka membuka peluang kinerja emiten akan kembali mengalami koreksi sekitar 4,5-5 persen.

"Fenomena itu yang pada ahirnya membuat kinerja saham-saham unggulan mengalami kontraksi sehingga IHSG ikut tertekan. Saat ini pelaku pasar sedang menyesuaikan posisi, saya lihat IHSG bisa mencapai level 4.005 poin bahkan bisa di bawah untuk skenario terburuknya," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan bahwa beberapa kebijakan sudah dikeluarkan oleh regulator dalam rangka menahan penurunan IHSG BEI lebih dalam. Kebijakan untuk pembelian kembali atau 'buyback' saham tanpa RUPS sudah dibuka, masing-masing pihak mungkin masih sedang melakukan perhitungan untuk memanfaatkan kebijakan itu.

Emiten masih 'wait and see' apakah harga sahamnya sudah berada dalam level batas bawah atau belum. Menurut dia, meski kebijakan-kebijakan sudah dikeluarkan, pelaku pasar juga mengantisipasi kondisi global yang sentimennya masih cenderung negatif. Namun, dirinya yakin kebijakan yang telah dikeluarkan itu akan direspon pasar.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement