Rabu 23 Sep 2015 15:20 WIB

Rupiah Jatuh, Industri Logistik ikut Terpuruk

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Puluhan truk peti kemas antre di gerbang Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (28/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Puluhan truk peti kemas antre di gerbang Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua  Assosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengatakan, industri logistik sangat terpukul akibat pelemahan rupiah yang terus terjadi. Akibatnya, biaya transportasi naik sampai 40 persen.

"Kalau bisa tarif  bongkar muat di dalam negeri pakai rupiah, jangan pake kurs dolar AS yang dirupiahkan," ujar Zaldi di Jakarta, Rabu (23/9).

Zaldi menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut mengakibatkan kegiatan impor di pelabuhan menurun sampai 50 persen. Bank Indonesia sebelumnya telah mengeluarkan peraturan untuk menggunakan rupiah dalam setiap transaksi keuangan. Namun, menurut Zaldi peraturan tersebut belum dijalankan dengan benar.

Menurut Zaldi, apabila transaksi bongkar muat di pelabuhan menggunakan rupiah maka akan ada kepastian bagi pelaku usaha, termasuk importir dan eksportir. Pasalnya, selama ini tarif yang diberlakukan pada saat bongkar muat berbeda-beda sehingga membebankan biaya transportasi.

"Dengan adanya kepastian tarif, maka transaksi kita dengan customer jadi enak," kata Zaldi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement