Selasa 22 Sep 2015 16:25 WIB

Fauzi Ichsan Optimistis Rupiah akan Rebound di Akhir Tahun

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di atas Rp 14 ribu.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di atas Rp 14 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah di pasar spot, menurut data Bloomberg, pada pukul 16.00 WIB, turun 55,80 poin atau 0,39 persen dari penutupan sehari sebelumnya ke level Rp 14.542 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin (21/9) melemah 0,78 persen di Rp14.482 (kurs Bloomberg).

Hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp 14.443 - Rp 14.545 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Pagi tadi rupiah sempat dibuka di level Rp 14.471 per dolar AS.

Sementara, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah pada level Rp 14.486 per dolar AS. Meski rupiah kian merosot, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan menegaskan belum ada yang perlu dikhawatirkan.

Menurutnya, kondisi pelemahan rupiah saat ini hanya bersifat sementara. Ia tidak khawatir, melihat pelemahan rupiah dipicu penguatan dolar AS terhadap mata uang Asia secara umum.

Fauzi yakin di akhir tahun ini mata uang negara berkembang masih memiliki ruang untuk berkembang. Ia bahkan optimistis rupiah masih punya ruang untuk rebound ke Rp 14 ribu per dolar AS.

"Atau bahkan di bawah itu jika keadaan global kembali normal. Tapi kan keadaannya sekarang lagi tidak normal, masih ada kepanikan pasar," lanjut Fauzi.

Katanya, dalam keadaan normal, semakin kepanikan pasar rendah, investor global akan kembali mencari aset finansial yang murah dan tinggi. Dalam hal ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang menawarkan  kemurahan aset dengan imbal hasil tinggi.

Apalagi, tambah Fauzi, suku bunga yang tinggi, membuat Indonesia pun dilirik sebagai negara yang menguntungkan. "Pasar uang dolar, LIBOR itu di 0,3 persen, SUN US Treasury yang tebor 10 tahun imbal hasilnya 2,2-2,3 persen," tuturnya membandingkan.

Indonesia saat ini masih menunggu kepastian kenaikan suku bunga the Fed. Itu oleh Fauzi diperkirakan terjadi paling cepat Desember tahun ini atau awal tahun depan.

Setelah ketidakpastian ini dilalui, maka ia yakin dana-dana asing akan kembali masuk ke Indonesia. Rupiah pun akan kembali menguat.

"Investor global yang telah menarik dana dari negara berkembang dan sekarang memarkir dana mereka di pasar uang dolar AS akan kembali," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement