REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masa-masa ekonomi sulit tidak melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan. Namun, ekonomi sulit menggeser kecenderungan pola simpanan nasabah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listyanto menilai kondisi saat ini, nasabah cenderung 'mencari aman' dalam menabung.
Masyarakat tidak lagi tergiur dengan bunga yang tinggi atau special rate yang ditawarkan perbankan. Mereka cenderung menanamkan dana yang dimiliki pada instrumen yang lebih aman seperti deposito.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan total simpanan per Juli 2015. Nilai total simpanan Juli 2015 mengalami peningkatan dari sebelumnya sebesar Rp 3.681 miliar atau 0,08 persen. Peningkatan ini menjadikan total simpanan per akhir Juli 2015 mencapai Rp 4.415 triliun.
"Di masa-masa seperti sekarang, nasabah tidak berperilaku mengambil untung sebanyak-banyaknya tapi berpreferensi uang mereka aman," kata Eko, saat dihubungi, Selasa (9/9).
Menurut dia, dengan suku bunga yang ada saat ini, masyarakat sudah diuntungkan. Alhasil, nasabah tidak 'ngoyo' mencari special rate yang ditawarkan bank. Lagi pula, saat ini, perbankan mengalami kelebihan likuiditas karena pertumbuhan kredit yang melambat.
Hal ini, kata Eko terkonfirmasi dari data pertumbuhan deposito on call yang cenderung tinggi. Berdasarkan jenis simpanan (giro, tabungan, deposit on call, deposito dan sertifikat deposito), yang memiliki pertumbuhan jumlah rekening paling tinggi adalah deposit on call yaitu 5,81 persen dibandingkan Juni menjadi 3.771 rekening. Pertumbuhan deposit on call adalah yang tertinggi 5,61 persen menjadi Rp 91.473 miliar.
"Deposito ini bunganya lebih tingi dibandingkan dengan tabungan biasa, tapi lebih aman karena adanya jaminan dari LPS," kata dia.
Dari total simpanan Juli, LPS merinci total tabungan yang dijamin LPS dengan nominal sampai dengan Rp 2 miliar mencapai 166.947.324 rekening dengan nominal simpanan 1.880 triliun. Untuk simpanan dengan nilai di atas Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya menurun sebesar 0,14 persen dari 216.762 rekening pada Juni menjadi 216.449 rekening pada Juli.
Seiring dengan penurunan jumlah rekening, jumlah nominalpun turun dari Rp 2.531 triliun menjadi Rp. 2.496 triliun. Eko menduga, ada pergeseran pola tabungan dari yang semula ditempatkan dalam katagori di atas Rp 2 miliar menjadi di bawah Rp 2 miliar agar lebih aman karena garansi dari LPS.
Ekonom LPS M. Doddy Ariefyanto mengatakan masyarakat tidak perlu panik dengan kondisi perekonomian Indonesia dan khawatir bank kolaps sehingga tabungan akan hilang.
LPS menjamin dana yang disimpan masyarakat selama memenuhi syarat-syarat yang berlaku. Syarat tersebut baik dari nominal, atau suku bunga yang diizinkan. Dia mengatakan kondisi sekarang berbeda dengan kondisi 2008 yang saat itu nilai tukar terus anjlok sehingga menyebabkan kebangkrutan.
"Jangan khawatir karena sudah ada jaminan, kalaupun uang LPS hanya Rp 62 triliun sementara dana nasabah mencapai Rp 4.000 triliun, masih ada APBN meskipun kita jangan pernah berharap ekonomi Indonesia akan ambruk," ujar dia, saat dihubungi.