Selasa 08 Sep 2015 07:57 WIB

Awal Pekan, Harga Minyak Dunia Kembali Turun

Harga minyak dunia terendah dalam enam tahun terakhir.
Foto: AP
Harga minyak dunia terendah dalam enam tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak dunia diperdagangkan lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB) di tengah pasar yang bergejolak, karena investor menilai prospek kenaikan suku bunga AS. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, turun 1,44 dolar AS menjadi 44,61 dolar AS per barel dibandingkan dengan penutupan Jumat pekan lalu.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 1,64 dolar AS menjadi 47,97 dolar AS pada akhir perdagangan di London. Volume perdagangan turun karena libur untuk Hari Buruh di Amerika Serikat, membantu membesar-besarkan kerugian Senin, menurut para diler.

Semua mata tertuju pada Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia, karena keputusan suku bunga akan mempengaruhi pasar keuangan apapun hasil dari pertemuan kebijakan Fed pada pekan depan. Sebuah kenaikan suku bunga kemungkinan akan memperkuat greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pemegang mata uang lemah, sehingga merugikan permintaan dan harga.

Analis mengatakan para pedagang sedang menunggu data ekonomi global minggu ini untuk petunjuk tentang permintaan minyak mentah, dengan pasokan minyak yang berlimpah terus didorong oleh tanpa henti oleh produksi AS dan OPEC.

Pemerintah Cina dijadwalkan akan merilis data bulanan perdagangan dan inflasi, serta produksi industri, investasi aset tetap dan penjualan ritel dalam beberapa hari mendatang. Harga minyak telah berfluktuasi liar dalam beberapa pekan terakhir karena ketidakpastian tentang kebijakan moneter Fed serta kekhawatiran tentang pertumbuhan di Cina, konsumen energi nomor satu energi dunia.

"Berlanjutnya kekhawatiran mengenai pelambatan Cina adalah penyeret utama pasar minyak lebih rendah (Senin) karena konsumsi Tiongkok diperkirakan telah sanyat menurun dalam beberapa bulan terakhir," kata, Myrto Sokou, analis senior di Sucden Financial.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement