Senin 07 Sep 2015 21:30 WIB
Rupiah Melemah

'Waspada, Indonesia Terancam Kerusuhan'

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Djibril Muhammad
Logo HIPMI.
Foto: IST
Logo HIPMI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta terus mengurangi tingkat kesenjangan sosial di Indonesia. Sebab, perbedaan pendapatan antara si kaya dan si miskin sudah semakin tinggi dan dapat memicu kerusuhan apabila tidak segera diatasi.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bahlil Lahadalia mengatakan, kesenjangan sosial di Indonesia sudah berada dalam lampu kuning. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien gini yang sekarang sudah berada di level 0,42.

Dalam teorinya, kata Bahlil, jika suatu negara memiliki koefisien gini melebihi 0,45, maka akan memicu kerusuhan karena semakin tingginya kecemburan sosial.

"Kita sudah hampir melewati 0,45. Kalau lebih dari itu, berarti harus siap-siap akan terjadi kerusuhan," kata Bahlil dalam acara diskusi Daya Tahan Ekonomi Indonesia di kawasan Menteng, Senin (7/9).

Bahlil mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat kesenjangan sosial. Dari sektor usaha, pemerintah harus terus meningkatkan pagu dan mengurangi bunga kredit usaha rakyat (KUR).

Menurut dia, persoalan besar yang dihadapi para pengusaha mikro ataupun kecil adalah masalah permodalan. "UMKM harus diperkuat," ujar Bahlil.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pandangan serupa. Menurut dia, semakin tingginya kesenjangan sosial tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, Budi menyebut salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perang dunia kedua adalah kesenjangan sosial.

"Jangan anggap sepele kesenjangan sosial. Apalagi kalau tingkat koefisien gini sudah melawati 0,45," kata Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement