Ahad 30 Aug 2015 18:54 WIB

Ekonomi ASEAN Melambat

Rep: Risa Herdahita/ Red: Teguh Firmansyah
Masyarakat Ekonomo Asean
Masyarakat Ekonomo Asean

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Ekonomi negara-negara di Asia Tenggara melambat. Produk domestik bruto (PDB) di lima negara utama kawasan ini tumbuh hanya 4,2 persen selama April-Juni. Ini merupakan penurunan 0,2 persen dari kuartal pertama tahun ini.

Seperti dilansir Asian Times, Ahad (30/8), Penurunan menjadi 4,2 persen merupakan angka rata-rata dari tingkat pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Menurut Bank Pembangunan Asia penurunan ini terutama disebabkan kelemahan di Malaysia dan Thailand yang ekspornya turun akibat permintaan dari Cina melesu.

Cina yang kini menyerap impor lebih sedikit merupakan salah satu alasan mengapa permintaan domestik kendur. Ekspor Malaysia misalnya, pada kuartal kedua ini turun 3,7 persen dari periode sama tahun lalu.

Mata uang Malaysia, Ringgit, melemah ke level terendah sejak krisis pada 1997. Mata uang yang lemah ini tentu membuat impor lebih mahal dan memengaruhi indeks harga konsumen.

"Aliran dana yang keluar bisa semakin cepat, jika kekhawatiran atas naiknya suku bunga the Fed semakin tinggi," jelas peneliti NLI Research Institute, Makoto Saito.

Adapun Filipina, tercatat memang mengalami penguatan. PDB di negara itu tumbuh 5,6 persen pada kuartal kedua ini. Ini merupakan kenaikan sedikit dari periode Januari-Maret. Namun, kenaikan ini tidak sekuat pada kinerja 2014. Padahal pemerintah di sana menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 7-8 persen.

Untuk Indonesia, melemahnya mata uang, membuat gairah konsumen memburuk karena harga semakin mahal. Banyak produsen kini lebih terkonsentrasi di daerah perkotaan dan memutuskan untuk mengurangi atau menghentikan produksi.

Pemerintah Thailand saat ini juga menanggapi pelemahan ekonomi dengan merevisi proyeksi pertumbuhan tahun ini. Ekonomi tahun ini pertumbuhannya menurun 2-3 persen dari 2,7 persen menjadi 3,2 persen. Itu pun karena lemahnya ekspor dan konsumsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement