REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan Indonesia memiliki ketahanan dalam menghadapi perkembangan kondisi perekonomian. Khususnya pergerakan nilai tukar rupiah.
Agus menjelaskan, Indonesia mempunyai cadangan devisa cukup untuk menjaga stabilitas nilai rupiah. Pada Juli 2015, cadangan devisa sebesar 107,6 miliar dolar AS. "Itu cukup untuk membiayai tujuh bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," kata Agus, Ahad (30/8).
Ia menambahkan, cadangan devisa itu masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Tak hanya cadangan devisa, Indonesia pun mempunyai second lines of defense yang digunakan berdasarkan tujuannya.
Agus menuturkan, tujuannya di antaranya, Bilateral Swap Arrangement (BSA). "Merupakan dana cadangan apabila terjadu kondisi yang tidak diinginkan. BSA digunakan untuk mendukung likuiditas, mencegah krisis, dan menyelesaikan krisis," jelasnya.
Dana BSA antara lain dari Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) agreement dengan negara Jepang Tiongkok, dan Korea sebesar 240 miliar dolar AS. Lalu dari Jepang 22,76 miliar dolar AS.