REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah berdasarkan Bloomberg Dollar Index mengalami penguatan pada Jumat. Rupiah ditutup di menguat level Rp 13.982 per dolar AS pada Jumat sore, dibandingkan penutupan Kamis (27/8) di level Rp 13.990 per dolar AS, menguat 0,05 persen atau 8 poin.
Sedangkan menurut kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia rupiah juga menguat di level Rp 14.011 pada Jumat dibandingkan Kamis di level Rp 14.128 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, nilai tukar rupiah sampai dengan 27 Agustus 2015 secara year to date (ytd) terdepresiasi 12,9 persen. Padahal pada 2014 selama satu tahun rupiah terdepresiasi 1,8 persen.
Namun, jika dibandingkan dengan mata uang negara emerging lain rupiah dinilai menguat, meskipun jika dibandingkan dengan dolar rupiah masih melemah. Dibandingkan dengan Brasil terdepresiasi 33 persen (ytd), Turki 24 persen (ytd), Malaysia 21 persen (ytd), Afrika Selatan 13 persen (ytd).
"Kemarin kita ikuti di akhir hari angkanya menjadi Rp 13.990 per dolar AS, artinya ada penguatan, karena dinamika pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan perbaikan," kata Agus kepada wartawan di gedung Bank Indonesia Jakarta, Jumat (28/8).
Meski demikian, Bank Indonesia melihat ke depan masih ada risk on dan risk off. Sebab, yang selama ini ditunggu pasar adalah kepastian the Fed menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR).
Perkembangan terakhir, Presiden The Fed New York mengatakan kemungkinan The Fed tidak menaikkan suku bunga, tetapi di sisi lain the Fed harus menaikkan suku bunga dalam kisaran kecil. Kondisi AS saat ini dinilai terdesak karena terjadi pengaliran dana ke AS dan membuat dolar menjadi terlalu kuat sehingga tidak kompetitif.
Ekonomi AS diperkirakan sudah mengarah ke perbaikan. Pada kuartal kedua pertumbuhan ekonomi AS mengarah ke 3,7 persen, dari yang sebelumnya diproyeksikan tumbuh 3,2 persen.
"Jadi kita tetap harus waspada termasuk kalau ada competitive devaluation yang dilakukan oleh negara yang ingin menjaga currency-nya tetap kompetitif," ujarnya.
Di sisi lain, yang perlu diperhatikan adanya tekanan di pasar modal karena ada capital outflow. Dana dari asing yang masuk ke Indonesia di tahun 2015 secara year to date sebesar Rp 45 triliun. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu masuknya Rp 150 triliun. Menurutnya, aliran dana masuk berkurang terutama karena ada koreksi di pasar modal.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang, karena ekonomi Indonesia dalam keadaan mengarah ke yang lebih baik. Meskipun perlu tetap waspada, karena tiga tahun terakhir ekonomi dunia dalam ketidakpastian dan berdampak kepada Indonesia.
Bank Indonesia akan selalu ada di pasar untuk menjaga agar stabilitas pasar valuta asing terjaga. BI juga akan merespons dalam bentuk bauran kebijakan yang prudent dan konsisten.