Kamis 27 Aug 2015 23:38 WIB
Rupiah Melemah

'Cina Demam, Indonesia Ikut Sakit'

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemerintah Cina mendevaluasi Yuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian dalam negeri.
Foto: Sunstar.com.ph
Pemerintah Cina mendevaluasi Yuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi perekonomian global memang tengah berada ketidakpastian. Bahkan, pasar modal terpuruk, membuat harga saham terus merosot.

Di Indonesia, kurs rupiah juga terus melemah, dikarenakan dolar AS yang terus menguat dan rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunganya. "Kemungkinan perang kurs terus terjadi karena Tingkok mendevaluasikan mata uang Yuan. Tak hanya rupiah, mata uang negara lain juga mengalami tekanan," jelas Partner Corporat Finance and Transaction Support dari perusahaan konsultan profesional terintegrasi di bidang audit, pajak, dan business advisory, RSM AAJ, Wijadi Tan, di Jakarta, Kamis, (27/8).

Ia menambahkan, selama tiga sampai lima tahun terakhir pertumbuhan Indonesia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Cina. Maka, di saat pertumbuhan Cina menurun seperti sekarang, Indonesia pun ikut berpengaruh.

"Selama ini kita terlena, sehingga saat perekonomian Cina demam, kita ikut sakit," ujar Wijadi. Ia menambahkan, tingginya potensi tekanan pada ekonomi Cina dan harga komoditas secara global masih akan berlanjut, dan daya beli masyarakat pada barang komoditas kembali menurun.

"Melemahnya harga komoditas merupakan kerugian bagi Australia dan Indonesia yang sangat bergantung pada ekspor sumber daya," jelasnya. Ia menegaskan, pertumbuhan ekonomi Cina tak lagi dapat mengkompensasi penurunan stagnannya pertumbuhan dari ekonomi Amerika Serikat AS, dan negara asia lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement