Kamis 27 Aug 2015 15:07 WIB

Ekonomi Cina Menurun, Apple Ketar-Ketir

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Apple
Foto: Reuters
Apple

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Shanghai Composite Index di Cina terus menurun, menyebabkan investor-investor AS yang mengandalkan pasar kelas menengah di Cina meremas-remas tangan mereka sendiri. Salah satu perusahaan yang paling waswas adalah Apple, sebab seperempat pendapatan perusahaan tersebut berasal dari Cina.

"Di depan mereka mungkin bilang, 'Oh, ini buruk, penjualan akan turun,' tapi krisis pasar saham Cina ini sesungguhnya bukan bencana bagi Apple sebab konsumen Cina masih akan tetap membayar premi untuk produk-produk Apple," kata ekonom IHS, Chris Christopher, dilansir dari Marketplace, Kamis (27/8).

Artinya, kekayaan jangka pendek dari kelas menengah Cina tidak akan terpukul dengan nasib pasar. Di Cina, menurut Profesor Linda Lim dari University of Michigan Ross School of Business, masyarakatya memiliki jumlah tabungan yang besar.

"Itulah mengapa konsumsi Cina relatif stabil," ujar Lim.

Meski demikian, pergeseran ekonomi Cina akan menggigit Apple dengan cara lain. Analis Piper Jaffray, Gene Munster mengatakan itu terjadi karena devaluasi yuan. "Ketika penjualan di Cina dikonversi ke dolar AS, inilah letak masalahnya. Berapa banyak penjualan yang akan dikonversi ke dolar?" katanya.

Beberapa kontrak manufaktur Apple disepakati dalam bentuk dolar AS. Ini jelas berpotensi merusak bottom line perusahaan.

Apple bisa saja menaikkan harga penjualan iPhone di Cina. Namun, pembeli akan berpikir matang untuk membayar dalam jumlah lebih tinggi dari biasanya. Kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh pengusaha smartphone untuk merebut pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement