REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Ethiopia mempelajari pola dan perkembangan LKMS Indonesia. Indonesia dinilai punya kelebihan terkait pengembangan pembiayaan mikro untuk usaha rakyat.
CEO Afar Micro Finance Institution (MFI) S.C Ethiopia Sentayehu Ketema mengatakan, Indonesia dipilih karena berpengalaman menangani LKM dan LKMS. Mereka bahkan mengetahui Indonesia memiliki bank-bank yang memiliki fokus pada pada usaha mikro seperti Bank BRI.
Afar ingin menggali pengalaman itu dan bisa mengadaptasinya untuk meluaskan jangkauan ke masyarakat dengan variasi produk. Ia menekankan, pembiayaan Afar tidak memberlakukan sistem bunga.
Secara nasional baru 60 persen sudah punya akses keuangan. Afar MFI adalah LKM pertama di Negara Bagian Afar. Mereka menyasar populasi yang belum berbank yang mencapai 70 persen populasi.
Afar MFI sendiri berdiri pada Agustus 2014 lalu dengan memiliki empat kantor cabang dan dua dua sub-cabang di empat kota berbeda. Pendirian Afar MFI juga dilatarbelakangi perhatin untuk menekan kemiskinan, meningkatkan konsumsi, meluaskan akses keuangan inklusif di Negara Bagaian Afar, Ethiopia.
Ketema menjelaskan, sejauh ini Afar memiliki produk simpanan dan pembiayaan. Produk simpanan berupa simpanan wadiah dan qard al-hasan.
Ada pula simpanan wajib bagi para penerima pembiayaan dan simpanan sukarela berupa zakat atau dana sosial lain.
"Kami menarik simpanan dengan mendatangi para muzakki dan para pelaku usaha mikro karena bisa jadi mereka tidak bisa menjangkau kantor Afar," jelas Sentayehu di sela-sela pelatihan yang digelar Yayasan Micra Indonesia, Senin (24/8).
Hingga akhir Agustus 2015, Afar MFI sudah memiliki 300 nasabah pembiayaan dengan nilai pembiayaan sebesar dua juta birr (sekitar Rp 1,18 miliar) dan simpanan 2,5 juta birr (sekitar Rp 1,475 miliar).