Senin 24 Aug 2015 10:30 WIB

Mentan: Ayam Mahal Jangan Dibesar-besarkan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Djibril Muhammad
?Pedagang sedang menjual ayam potong di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (20/8).   (Republika/Tahta Aidilla)
?Pedagang sedang menjual ayam potong di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (20/8). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta agar urusan ayam mahal yang sempat ramai belakangan ini tak dibesar-besarkan. Lagi pula, saat ini harga ayam di pasar sudah stabil. Ia bahkan menyebut harga daging ayam yang meroket hingga Rp 60 ribu sebagai hal wajar.

"Perlu kita luruskan, itu wajar karena satu ekor ayam itu bisa sampai 2 kilogram, jadi satu kilo ayam harganya Rp 30 ribu," katanya pada Senin (24/8). Mentan bercerita, sebelumnya ia telah melakukan tindakan guna menstabilkan harga ayam.

Caranya dengan mengumpulkan para peternak dan pedagang ayam agar sepakat menjual harga ayam di kandang Rp 17-20 ribu per kilogram. Kesepakatan harga tersebut diklaimnya telah diamini para peternak dan pedagang se-Indonesia.

Sebelumnya, pemerintah dinilai terlalu melakukan intervensi secara berlebihan menyikapi permasalahan daging ayam yang harganya dikabarkan melambung. Ketimbang melakukan sikap reaktif dan menggelar operasi pasar, lebih baik pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh dan memastikan pasokan daging ayam benar-benar tersedia di pasar.

"Masih ada kesan pemerintah ingin menstabilkan dengan cara menguasai pasar, padahal pasar tidak bisa dikuasai," kata Direktur Studi Pertanian Universitas Padjajaran Ronnie Susman Natawidjaja.

Ketimbang menyalahkan pasar dan menuding sejumlah mafia, seharusnya pemerintah dapat melakukan negosiasi dengan para pelaku pasar. Sebutan mafia menurutnya hanyalah pencarian kambing hitam tanpa solusi.

Sebelumnya, ia juga menyebut urusan melambungnya harga daging ayam disebabkan kebijakan pembatasan impor sapi yang tak didukung data akurat. Oleh karena itu, penyelesaian masalah ayam mahal yakni dengan cara memulihkan masalah impor sapi.

Operasi pasar terhadap segala komoditas yang tiba-tiba mahal harganya pun dinilainya tak efektif. Bahkan malah dapat mengacaukan harga serta mengganggu pasokan di pasar. "Itu kebijakan instan, mahal dan efektif di level politis saja bahwa pemerintah melakukan sesuatu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement