REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank BCA menargetkan kenaikan jumlah transaksi dan nominal transaksi kartu Flazz 100 persen secara year on year (yoy).
General Manager BCA Santoso mengatakan, saat ini jumlah transaksi kartu Flazz mencapai 46 juta transaksi dari Januari-Juni 2015. Dibandingkan 2014 selama setahun penuh jumlah transaksi sebanyak 42 transaksi. Bahkan pada 2013 jumlah transaksi masih di kisaran 12-13 juta transaksi per tahun. Jumlah transaksi sampai akhir tahun 2015 ditargetkan mencapai 90 juta transaksi.
"Jadi ada kenaikan signifikan. Harusnya kalau secara year on year diperkirakan kenaikannya dua kali lipat," ujarnya seusai penandatanganan MoU dengan Danamon dan Rintis di Hotal Pullman Jakarta, Rabu (19/8).
Menurutnya, dari Juni 2014 ke Juni 2015 terjadi peningkatan 200-300 persen jumlah transaksinya. Saat ini, nominal transaksi tercatat sekitar Rp 425 miliar dari Januari-Juni 2015. Sampai akhir tahu, diperkirakan nominal transaksi hampir Rp 900 miliar.
Dari sisi pendapatan jasa atau fee based income, menurutnya platform Flazz card belum menghasilkan fee based. Harga Flazz sebesar Rp 25 ribu hanya menggantikan biaya kartu, padahal harga kartu sekitar 2 dolar AS.
Saat ini, BCA belum menerapkan biaya top up kartu dari merchant-merchant. Hal itu dilakukan karena BCA berharap nasabah yang melakukan pembayaran dengan Flazz tetap setia menabung di BCA. Diharapkan merchant juga bisa menggunakan rekening BCA untuk bertransaksi.
Nantinya, setelah kerja sama dengan Danamon, BCA juga akan melakukan kerja sama dengan bank lain untuk penerbitan Flazz. Hal itu untuk mendukung kebijakan Bank Indonesia mengenai Gerakan Nasional Non Tunai (GNTT). Sebab, saat ini mayoritas transaksi masyarakat di Indonesia masih menggunakan uang tunai (cash) sekitar 80 persen.
Selain itu, BCA juga akan mengembangkan Flazz untuk bertransaksi untuk transportasi lain selain kereta komuter dan bus Trans Jakarta serta dikembangkan di kota lain di luar Jakarta.
Saat ini, market share kartu Flazz mencapai 27-29 persen, di bawah market share e-money yang diterbitkan Bank Mandiri. "Yang lebih penting adalah tidak melihat market share tapi non cash bisa terimplementasi. Tujuannya memasyarakatkan noncash society lebih cepat," imbuhnya.