REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah melemah tajam dalam tiga hari terakhir. Namun, rupiah mengalami penguatan pada Kamis (13/8).
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, pergerakan rupiah mengalami penguatan di kisaran Rp 13.750 per dolar AS pada pertengahan hari Kamis. Dibandingkan pembukaan di level Rp 13.815 per dolar AS. Pada Rabu (12/8) rupiah ditutup di posisi Rp 13.800 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, melalui kajian Bank Indonesia di kuartal kedua, tren depresiasi rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut. Pelemahan nilai tukar terutama didorong penguatan dolar AS secara global.
Rupiah melemah secara rata-rata sebesar 2,47 persen kuartal ke kuartal (qtq) ke level Rp 13.131 pada kuartal II-2015 dari Rp 12.807 per dolar AS pada kuartal sebelumnya. "Terutama dipicu meningkatnya kekhawatiran kenaikan suku bunga the Fed dan penyelesaian krisis Yunani," ucap dia, Kamis (13/8).
Namun, pelemahan rupiah diimbangi dengan perkembangan positif di domestik. Pada kuartal II-2015 beberapa indikator ekonomi seperti inflasi, transaksi berjalan, maupun neraca perdagangan terus menunjukkan kondisi lebih baik.
Dalam beberapa hari terakhir, depresiasi rupiah meningkat tajam, akibat devaluasi yuan. Pemerintah Cina mendepresiasi mata uang yuan 1,9 persen, diikuti devaluasi 1,6 persen pada 12 Àgustus. Hal itu dilakukan karena kondisi di Cina terjadi pelemahan kinerja ekspor, adanya aliran modal keluar (capital outflow) dan penurunan cadangan devisa negara.
Hal itu berdampak negatif terhadap mayoritas mata uang negara termasuk Indonesia. Sementara, perkembangan data AS, data ketenagakerjaan mengindikasikan positif, sehingga semakin meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga dalam waktu yang lebih cepat.
Secara year to date (ytd) rupiah melemah 10,12 persen sampai 12 Agutus 2015. Pelemahan tersebut lebih dalam dibandingkan Korea won yang melemah 8,35 persen (ytd),
Thailand bath melemah 6,62 persen (ytd), dan Yen Jepang melemah 3,96 persen (ytd). Meski demikian pelemahan rupiah masih lebih baik daripada ringgit Malaysia yang melemah 13,16 persen (ytd), Turki 16,23 persen (ytd), Brasil 29,4 persen (ytd) dan dolar Australia yang melemah 10,6 persen (ytd).