Rabu 12 Aug 2015 02:58 WIB

Impor Daging Segar Dinilai Jadi Solusi Melambungnya Harga

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang daging sapi memotong daging untuk dijual di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (30/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang daging sapi memotong daging untuk dijual di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi sapi di Indonesia hanya mampu memehuhi 70 persen atau dua per tiga dari kebutuhan masyarakat. Sisanya yang sepertiga lagi merupakan impor dari  luar negeri.

 “Kita lamban sekali meningkatkan produksi domestik,” ucap pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar kepada ROL, Selasa (11/8). Dari segi  keuangan, biaya untuk menghasilkan satu kilogram daging sapi di dalam negeri lebih tinggi atau kalah efiisien dibanding di luar negeri semisal Australia.

Apalagi pemerintah dinilai salah ambil kebijakan terkait penyetopan keran impor sapi. Menurut dia, kalau produksi sapi domestik tidak mencukupi, pemerintah jangan membuat kebijakan kuota impor sapi.

Hermanto sendiri sebenarnya tidak menyetujui impor jika produksi dalam negeri mencukup. “Sebaliknya jika jumlah kebutuhan tinggi melebihi produksi, pemerintah jangan mempersulit impor,” ujarnya.

Hanya saja menurut dia memang solusi jangka pendek untuk mengatasi kenaikan harga daging sapi ini adalah mempermudah impor sapi. Sayangnya, impor sapi biasanya memakan waktu lama.

Maka dari itu, pemerintah disarankan tidak membatasi impor pada sapi hidup saja, melainkan juga mencakup daging sapi. “Untuk meredam harga sedini mungkin, pemerintah bisa mengimpor daging segar,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement