REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkanya ketersediaan daging sapi di pasaran yang membuat harga daging sapi meroket membuat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kembali menyerukan kampanye untuk konsumsi ikan. Susi menilai, melonjaknya harga daging sapi akibat langka ibarat pisau bermata dua.
Di satu sisi, katanya, harga tinggi dan stok yang tipis akan menekan konsumen. Namun di sisi lain, langkanya daging sapi akan mendesak konsumen untuk mencari sumber protein pengganti, seperti ikan.
"Jadi saya pikir ini kesempatan utnuk perikanan bisa berkembang. Saya yakin masyakarat akan mencair substitusi protein. Mudah mudahan harga juga terjaga. Pertumbuhan produksi juga sudah di atas 12 persen semester I ini," ujar Susi, Senin (10/8).
Susi sendiri menyatakan tidak akan meminta pemerintah menutup kuota impor daging sapi. Hanya saja, situasi saat ini seharusnya bisa menjadi bahan pembelajaran pemerintah untuk mendongkrak angka konsumsi ikan. Susi berjanji akan menggenjot kampanye konsumsi ikan hingga akhir tahun ini.
Memang kalau kita masih menggantungkan impor. Apapun produk impor, kalau kita impor. Kepentingan dan keberlanjutan pemenuhan yang konstan akan terganggu.
"Kita tidak bisa selamanya bergantung pada impor. Karena fluktuasi dolar saja bisa bikin harga tak terjangkau lagi. Selama kita bisa bangun swasembada ya kita lakukan," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kelangkaan daging di pasaran dipicu oleh aksi mogok pedagang daging sapi. Aksi ini merupakan bentuk protes para pedagang atas kebijakan pemerintah untuk membatasi kuota impor daging sapi. Saat ini, daging sapi di pasaran bahkan menembus angka Rp 130 ribu per kilogram.