Senin 10 Aug 2015 21:35 WIB

Menperin: Energi Bukan Komoditas, Tetapi Sebagai Pendorong Ekonomi

Menperin Saleh Husin Pembukaan industri logam
Menperin Saleh Husin Pembukaan industri logam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas industri di Tanah Air sejauh ini menyerap hampir separo energi nasional. Energi juga telah menjadi penggerak kelangsungan industri yang menghasilkan devisa dan lapangan kerja.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menegaskan, posisi sentral energi tersebut mendorong perubahan paradigma. "Energi jangan lagi dipandang sebagai komoditas semata, energi tidak lagi sesuatu yang diperdagangkan begitu saja melainkan diperlakukan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi," kata Menperin pada Sidang Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Ke-15 di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (10/8).

Dengan kata lain, jika energi sebagai pendorong maka energi merupakan modal pembangunan untuk pengolahan dan meningkatkan nilai tambah. Pendapatan negara pun bergeser dari sebelumnya di hulu dan lantas dituai di hilir.

"Misalnya gas, jika pasokan dan harganya lebih sesuai harapan pelaku bisnis manufaktur, maka produksi akan meningkat, lapangan kerja bertambah dan tentu saja efisiensi yang mendongkrak daya saing. Belum lagi ada pendapatan dari pajak," ujarnya.

Menperin juga mengungkapkan, sektor industri merupakan pengguna energi terbesar, kurang lebih sekitar 42 persen atau 46,5 MTOE dari total konsumsi energi secara nasional (baik berupa bahan bakar maupun feedstock).

Diperkirakan kebutuhan energi sektor industri pada tahun 2035 sebesar 151 MTOE, dengan bauran energi terbesarnya adalah gas (39 persen).

Sayangnya, ada beberapa kendala di industri untuk memenuhi kebutuhan energinya. Terutama, sulitnya memperoleh pasokan energi gas dengan biaya murah dan efisien serta terbatasnya infrastruktur listrik yang dibutuhkan kawasan industri.

Turut hadir pada Sidang Anggota DEN tersebut Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Sekjen DEN Satry Nugraha dan anggota Dewan Energi Nasional seperti Tumiran, Rinaldy Dalimi dan Sonny Keraf

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement