Kamis 06 Aug 2015 18:06 WIB

Perlambatan Ekonomi Pukul Saham Sektor Pertambangan

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
area pertambangan
Foto: Republika
area pertambangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) performa saham di beberapa sektor industri menunjukkan penurunan. Secara year to date (ytd), saham di sektor industri pertambangan menjadi salah satu dari dua yang terburuk.

Pada periode itu, saham pada sektor industri dasar dan kimia mengalami kejatuhan yang paling dalam. Catatan ytd sektor itu mencapai -26,87 persen sampai penutupan penjualan saham kemarin, Rabu (5/8). 

Sementara, sektor industri pertambangan menjadi yang kedua terburuk. Catatan ytd sektor itu mencapai -26,62 persen.

"Pesimisme pasar terkait dengan perlambatan ekonomi, permintaan yang melemah, juga indeks produksi sampai margin keuntungan yang menurun di sektor industri ambil andil dalam performa saham di sektor ini," jelas Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih kepada Republika, Kamis (6/8).

Sementara pergerakan saham di sektor pertambangan, Lana mengatakan sangat terpengaruh dari kinerja industri pertambangan. Sementara, kata Lana, industri pertambangan sangat bergantung pada pasar global.

Sayangnya, sejauh ini kondisi pasar global begitu juga dengan perekonomiannya tidak menunjukkan pertanda yang bagus. "Salah satunya menunggu perbaikan ekonomi Cina, yang merupakan motor penggerak ekspor komoditas tambang, khususnya batubara," katanya. 

Di antara sektor industri lainnya, Lana menambahkan, tambang memang yang paling menerima pesimisme pasar saham sampai saat ini. Sektor pertambangan, melihat kondisi global yang seperti sekarang, menurutnya belum bisa berharap banyak.

"Kondisi ini bisa sampai tahun depan," tegasnya.

Apalagi, ia menambahkan, Amerika Serikat dan lima negara lainnya telah mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran Juli lalu. Kesepakatan itu membawa dampak produksi minyak mentah terpompa ke pasar. Pasokan yang berlebih membuat harga minyak mentah anjlok.

"Kalau ini turun, batubara jelas akan turun karena sebagai subtitusi bahan bakar, begitu pun energi alternatif lainnya," lanjut Lana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement