REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan) masih defisit. Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris menyatakan, defisit itu lantaran ketidakcocokkan antara total iuran masuk dan biaya pelayanan kesehatan.
Ia menjelaskan ada beberapa faktor penyebab terjadinya ketidakcocokkan. "Ini program baru, belum semua orang masuk, masih banyak yang sakit, iuran juga harus kita sesuaikan dengan data historical terbaru," jelas Fachmi kepada wartawan di Jakarta, Selasa, (4/8).
Fachmi menuturkan, tahun lalu BPJS Kesehatan mengeluarkan Rp 42,65 triliun untuk melayani hampir 90 juta orang yang datang berobat. Sekitar 62 juta peserta berobat ke puskesmas, lalu 21 juta lebih ke rumah sakit, dan lima juta lebih dirawat inap.
"Uang yang masuk Rp 40 triliun, jadi ada missmatch Rp 2 triliun dan itu sudah kita tutup dengan dana cadangan teknis yang sudah kita persiapkan dari awal tahun sebesar Rp 5 triliun," ujar Fahmi.