REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong agar petani terus melakukan penanaman padi jika memungkinkan meskipun situasinya tengah musim kering. Padahal sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) telah meminta agar petani mematuhi jadwal tanam yang disepakati Komisi Irigasi Nasional.
Dalam kesepakatan, saat ini petani dianjurkan menanam palawija, tidak menanam padi yang menyerap banyak air. "Soal jadwal tanam, ya, irigasi teknis kita jalan terus, prinsipnya kita setiap hari panen setiap hari tanam," kata Mentan pada Senin (3/8).
Penanaman padi oleh petani tetap dapat dilakukan dengan pola masa tanam pendek dengan menggunakan varietas padi tahan kering. Kementan telah memiliki benih bernama amfibi dan telah disebarkan untuk ditanam petani.
Sawah yang dialiri irigasi teknis, kata dia, terbentang seluas 4,8 juta hektare se-Indonesia. "Ini yang tanam tiap hari, irigasi teknisnya harus bagus, ada di Jawa Barat, Jawa Tengah," tuturnya. Untuk irigasi, pemerintan telah menganggarkan Rp 2 Triliun agar lancar. Dialokasikan pula anggaran hingga Rp 880 miliar untuk antisipasi lainnya.
Menjawab permintaan Kemenpupera, Mentan sepakat bahwa pembagian air mesti diatur, tapi bukan berarti tidak tanam. "Irit air memang harus, jadi kalau sawah sudah cukup diairi, tinggal ditutup alirannya," tuturnya.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kemenpupera melakukan sejumlah strategi penghematan air di sejumlah sungai, bendungan dan sumber air lainnya. Kementerian pun meminta agar masyarakat petani mematuhi jadwal tanam yang ditetapkan Komisi Irigasi Nasional.
"Sawah irigasi yang terancam kekeringan dan gagal panen itu karena petaninya yang menanam padi, padahal bukan jadwalnya," kata Direktur Jenderal SDA akhir pekan lalu. Penggunaan air untuk padi cukup tinggi, makanya tak disarankan petani menanam di musim kemarau.